REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia memanfaatkan teknologi georadar atau Ground Penetrating Radar (GPR) untuk mengukur kedalaman lahan gambut di Indonesia. Pengukuran dengan menggunakan georadar hasilnya lebih akurat dibandingkan dengan pengukuran geolistrik dan bor gambut.
Pakar Georadar Gambut Agus Kristijono mengatakan sebenarnya teknologi georadar ini bukanlah teknologi yang baru. Malaysia justru sudah lebih dulu melakukannya pada 2010.
"Alat ini sudah digunakan orang, cuma digunakan untuk (penelitian) geofisika. Tapi saya tahu itu bisa dipakai untuk mengukur lahan gambut. Ini bukan hal baru," ujarnya saat ditemui usai 'Diskusi Penerapan Teknologi Georadar dalam Mendukung Pengelolaan Hutan Lestari' di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Senin (29/10).
Agus menggunakan georadar pada 2012 di Pulau Meranti, Riau. Alat georadar ini berbentuk kotak yang dilengkapi dengan dua roda di kedua sisinya. Alat ini juga dilengkapi dengan tongkat yang memudahkan saat digunakan.
Menggunakannya cukup didorong di atas permukaan lahan gambut yang ingin diukur kedalamannya. Georadar akan memancarkan gelombang elektromagnetik. Gelombang yang memantul kembali akan direkam datanya.
Alat ini mampu merekam data setiap 2,4 sentimeter. Rekaman hasil pengukuran disimpan dalam bentuk tiga dimensi. Georadar yang dimiliki BPPT saat ini hanya mempunyai frekuensi tunggal, yakni 200 megahertz yang bisa mengukur kedalaman sampai 20 meter.
Georadar mampu mengukur hingga kedalaman 5.400 meter di bawah lapisan es. Kedalaman yang diukur tergantung material georadar yang digunakan.
BPPT memiliki dua buah georadar yang dibeli dari Italia. Pada prinsipnya, teknologi georadar merupakan metode geofisik menggunakan gelombang elektromagnetik yang dapat digunakan mendeteksi bawah permukaan tanah tanpa harus menyentuh langsung atau tanpa menggali tanah. Dengan georadar, peneliti tidak perlu menggunakan bor yang memiliki risiko tertinggal di dalam tanah.
Kelebihan teknologi ini antara lain, biaya operasional lebih murah, resolusi yang sangat tinggi, pengoperasian mudah dan metode nondestruktif sehingga aman diaplikasikan. Sayangnya, georadar tidak bisa dioperasikan saat hujan dan banjir karena ada komponen listrik di dalamnya yang tidak tahan air.
Georadar mempunyai berat sekitar 20 kilogram. Bagian georadar terdiri dari antena, unit kontrol, monitor dan tenaga yang berasal dari aki.