REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Inisiator riset Situs Gunung Padang Andi Arif mengaku sempat ditawari jutaan dolar AS oleh beberapa negara agar dapat masuk ke dalam tim peneliti Gunung Padang. Andi yang juga mengaku ada beberapa pihak swasta dan BUMN ingin ikut membantu penelitian ini.
Namun demikian, peneliti dari luar tidak akan dapat dengan bebas masuk ke Situs Gunung Padang. Ia tidak mau Indonesia 'kecolongan' data seperti yang terjadi di Candi Borobudur.
"Borobudur hanya sekadar menjadi obyek wisata, tapi para peneliti kita dan generasi mendatang tidak mendapatkan pengetahuan yang mungkin saja dapat mengubah dunia," kata dia, kamis (3/10)
Ia sangat mengapresiasi Tim Terpadu Riset Mandiri yang menghasilkan penelitian secara terpadu. Biasanya, kata dia, seorang peneliti tidak mau hasil penelitiannya dievaluasi oleh peneliti lain. Namun, TTRM ini, kata dia, bahkan dapat mengkreasikan alat tersendiri untuk meneliti.
"Seluruh ahli di Indonesia berkumpul sehingga dalam pemugaran lebih terpadu. Kelihatannya, belum ada penemuan dan riset sehebat ini," kata dia.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Cianjur, HM Tedy mengungkapkan, sebenarnya perguruan tinggi dan badan mana pun dipersilakan meneliti di Gunung Padang. Asalkan, ia meminta agar penelitian memenuhi kaidah penelitian.
"Penelitian harus bisa dipertanggungjawabkan. Pasalnya, Gunung Padang bisa jadi aset nasional,"kata dia.