Sabtu 07 Sep 2013 20:17 WIB

Snowden Kembali Tuding AS dan Inggris Membongkar Keamanan Online

Slide keempat presentasi Edward Snowden mengenai program PRISM, operasi intelijen mata-mata internet yang diduga dilakukan oleh NSA.
Foto: WASHINGTON POST
Slide keempat presentasi Edward Snowden mengenai program PRISM, operasi intelijen mata-mata internet yang diduga dilakukan oleh NSA.

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Badan-badan intelijen AS dan Inggris dilaporkan berhasil memecahkan teknologi yang digunakan untuk mengenkripsi atau melindungi layanan internet seperti online banking, data medis dan email.

Seperti dikutip BBC, pengungkapan informasi rahasia intelijen AS oleh Edward Snowden mengklaim bahwa Badan Keamanan Nasional (NSA) AS dan GCHQ Inggris meretas protokol-protokol kunci keamanan online.

Dokumen-dokumen tersebut juga mengklaim bahwa Yahoo dan Google termasuk dalam penyedia jasa internet yang menjadi sasaran. NSA dituduh menghabiskan dana 250 juta dolar AS setiap tahun untuk program rahasia yang dinamakan Bullrun. Nama itu diambil dari perang sipil Amerika, berdasarkan dokumen yang diterbitkan oleh Guardian dan merupakan kelanjutan dari artikel senada di New York Times dan ProPublica.

Sedangkan program rahasia Inggris bernama Edgehill, yang diambil dari nama perang sipil pertama Inggris, demikian kata dokumen itu.

Laporan itu mengatakan badan-badan intelijen Inggris dan AS berkonsentrasi pada enkripsi yang digunakan di ponsel pintar 4G, email, belanja online dan jejaring komunikasi bisnis jarak jauh. Di bawah Bullrun, NSA dikatakan membangun komputer super canggih untuk menembus teknologi yang mengacak dan mengenkripsi informasi pribadi ketika pengguna internet mengakses berbagai layanan internet.

NSA juga bekerja sama dengan banyak perusahaan teknologi tanpa nama untuk membuat semacam pintu belakang ke piranti lunak mereka, sesuatu yang akan memungkinkan pemerintah mengakses informasi sebelum dienkripsi dan dikirim melalui internet.

Sebagaimana komputer super, metode yang digunakan meliputi "rekayasa teknis, perintah pengadilan dan persuasi di balik layar untuk menaklukkan protokol perlindungan keamanan komunikasi sehari-hari," tulis New York Times dalam laporannya.

AS dilaporkan mulai menginvestasi miliaran dolar untuk program Bullrun pada 2000 setelah mereka gagal membuat "pintu belakang" di semua sistem enkripsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement