REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gembong teroris Poso, Sulawesi Tengah, Santoso alias Abu Wardah Alias Komandan muncul di video YouTube. Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN), Marciano Norman menganggap tindakan tersebut sudah lama dilakukan.
Karena itu, ia meminta agar publik tak terlalu berlebihan menanggapi keberadaan video tersebut. "Itu sudah lama mereka lakukan itu dan saya minta kita lebih dewasa-lah, jangan yang kayak gitu diikuti," katanya saat ditemui di kantor presiden, Jakarta, Kamis (11/7).
Marciano mengatakan adanya video di youtube mengenai gembong teroris menyesatkan dan tidak perlu diikuti. Dalam video tersebut, Santoso mengajak agar memerangi Densus 88 yang dianggapnya sebagai musuh yang nyata.
Menanggapi hal itu, Marciano menegaskan pihaknya akan bertindak dengan mencari tahu lebih detail di lapangan terkait gembong teroris tersebut. "Itu kita tidak biarkan," katanya.
Ditemui di tempat yang sama, Menkominfo, Tifatul Sembiring mengatakan sudah mendapatkan permintaan dari aparat penegak hukum terkait situs ataupun video tertentu agar diblokir. Ia juga menegaskan sudah banyak melakukan pemblokiran untuk hal-hal serupa.
"Banyak yang seperti itu. Hampir setiap hari kita terima surat dari Polri. Sudah banyak pula yang kita lakukan," ujar Tifatul.
Untuk diketahui, gembong teroris Poso, Santoso muncul di YouTube. Dalam video itu dia menampilkan wajahnya, bersurban hitam dengan dikawal dua orang yang menutup muka dan memegang senjata laras panjang jenis FNC.
Video berjudul "Risalah Kepada Ummat Islam di Kota Poso" persembahan Mujahidin Indonesia Timur itu diunggah di youtube pada 6 Juli 2013 dengan lama durasi selama 6 menit 3 detik. Selain pimpinan mujahidin Indonesia Timur itu dan dua pengawalnya, terlihat juga ada seorang pria sedang berlatih menembak menggunakan senjata laras panjang nampak dalam video itu.
Dalam Video itu juga terlihat seorang pria yang diduga tewas akibat ledakan bom rakitan. Syaikh Abu Wardah Santoso, namanya tertulis dalam video tersebut. Dalam video itu, dia mengatakan rasa bangganya terhadap perlawanan warga Poso kepada Detasemen Khusus 88 pada pekan lalu.
"Buat saudara-saudaraku yang ada di kota Poso, bahwasanya antum telah merasakan bagaimana jahatnya Densus 88 terhadap umat ini. Antum telah tahu bagiamana Densus 88 membantai dan memenjarakan saudara-saudara kita di Poso sejak 2007 hingga sekarang. Dan hal itu pernah saya rasakan sendiri," kata Santoso dalam video yang sudah beredar di dunia maya itu.