Rabu 12 Jun 2013 17:19 WIB

Program Prism NSA Pertaruhkan Kredibilitas Apple, Google Dkk

Slide ke-8, baru saja dirilis oleh Guardian sebagai penguat laporan bahwa PRISM memiliki 'backdoor' di 9 server perusahaan teknologi AS, yakni Microsoft, Yahoo, Google, Facebook, PalTalk, AOL, Skype, YouTube dan Apple.
Foto: GUARDIAN
Slide ke-8, baru saja dirilis oleh Guardian sebagai penguat laporan bahwa PRISM memiliki 'backdoor' di 9 server perusahaan teknologi AS, yakni Microsoft, Yahoo, Google, Facebook, PalTalk, AOL, Skype, YouTube dan Apple.

REPUBLIKA.CO.ID, Apple, bersama dengan Facebook dan Google langsung mengeluarkan bantahan keras ikut berpartisipasi dalam proyek Prism besutan NSA di hari pertama laporan itu muncul di berita

Kini para raksasa Teknologi berjuang menjaga kredibilitas atas masalah privasi setelah detail kerja sama mereka dengan badan mata-mata AS itu terungkap.

Semuanya mengatakan mereka tidak mengizinkan pemerintah memiliki 'akses langsung' ke sistem mereka dan tak pernah mendengar program Prism sebelumnya. Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, menyebut laporan wartawan mengenai Prism sangat menyulut.

Namun setelah Guardian mempublikasikan slide lain, ke-8, dari presentasi rahasia NSA--yang diserahkan oleh Edward Snowden--dan laporan Washington Post dan New York Times, menjadi lebih jelas bahwa beberapa perusahaan teknologi tersebut, sekurangnya telah membuat langkah yang memudahkan badan intelijen mengakses informasi yang mereka inginkan.

Perusahaan teknologi diminta secara hukum untuk membagi informasi di bawa Undang-Undang Pengawasan Intelijen Asing (FISA). Permintaan itu dibuat lewat sidang FISA dan hampir tak satu pun dari sembilan penyedia layanan internet itu menolaknya. Padahal perusahaan tersebut tidak diwajibkan untuk memudahkan kerja NSA.

New York Times mengatakan perusahaan-perusahaan yang disebut dalam dokumen Prism, dalam level tertentu, telah bekerja sama dengan otoritas AS.

Twitter adalah perkecualian nyata dalam daftar dan dilaporkan menolak untuk bekerja sama. Amazon, yang menawarkan layanan back office untuk sejumlah besar perusahaan web juga tak ada dalam daftar.

Penyangkalan oleh perusahaan teknologi fokus terhadap tuduhan yang menyatakan mereka memberi 'akses langsung' NSA ke server-server.

Frase itu memang datang dari presentasi Prism yang menyatakan. "Koleksi langsung dari server-server penyedia layanan AS ini: Microsoft, Yahoo, Google, Facebook, PalTalk, AOL, Skype, YouTube, Apple."

Menurut New York Times beberapa perusahaan, termasuk Google dan Facebook mendiskusikan membentuk 'ruang online aman' di mana informasi yang diminta bisa dikirim dan diakses oleh NSA. Sistem seperti ini akan memungkinkan mereka membantah gagasan 'akses langsung'.

Kemudian menurut laporan Washington Post, Ahad, Prism diciptakan setelah negosiasi panjang antara raksasa teknologi dengan otoritas federal yang mendesak dan menuntut akses lebih mudah ke data di bawah perintah sebelumnya yang diputuskan lewat pengadilan FISA.

Washington Post juga melaporkan perintah rahasia dari pengadilan yang dibuat berdasar Pasar 702 FISA, disebut sebagai 'selimut satu-waktu', persetujuan untuk memperoleh data dan melakukan pengawasan terhadap target asing paling lama satu tahun.

Sistem Prism memungkinkan agen dalam NSA mengirimkan permintaan langsung ke peralatan yang diinstal di lokasi tertentu yang dikontrol perusahaan teknologi tersebut, alih-alih langsung ke server perusahaan.

Dalam kata lain, perusaah teknologi itulah yang menyediakan proxy untuk diakses NSA, agar seolah-olah NSA tidak mengakses langsung server mereka.

Sistem itu--yang diinstal sendiri oleh perusahan yang bersangkutan---membuat si perusahaan itu sendiri tidak bisa melihat bentuk spesifik perintah  permintaan yang dikirim dari NSA

Pendiri hak asasi online Fight for the Future, Holmes Wilson, menyatakan sistem itu sangat jelas memiliki masalah pelanggaran privasi.

"Perusahaan menyangkal memberi akses langsung ke server mereka, namun yang mereka ciptakan adalah mekanisme legal dan teknis yang fungsinya sama. Tuhan tahu apa yang sudah diakses badan intelijen pemerintah terhadap informasi-informasi ini.

Pada Ahad lalu Mark Udal, anggota Senat komisi intelijen, kepada ABC pekan ini berkata, "Keprihatinan utama saya, warga Amerika tak tahu bahwa selama ini mereka diawasi oleh pemerintahnya sendiri."

"Kami tahu apa yang dilakukan metadata ini ketika Anda menelpon, kapan Anda menelpon, dengan siapa Anda bicara. Saya pikir semua itu informasi pribadi,"

Ia pun mendesakkan transparasi secara menyeluruh. "Mari kita debatkan, lebih transparan, mari kita buka semuanya."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement