REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Tim arkeolog dari Universitas Airlangga (Unair) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) menemukan fosil pecahan gigi kuda nil (Hippopotamus) dan gajah purba saat melakukan penggalian di situs Song Gentong, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Menurut Ketua Tim Eskavasi, Prof Rusyad Adi Suriyanto, subfosil Hippopotamus yang ditemukan dalam penggalian 3-8 Juni kemungkikan berasal dari zaman pleistosen atau sekitar 25.000 tahun sebelum Masehi .
Sementara tim peneliti muda dari Departemen Antropologi FISIP Unair menemukan subfosil gigi gajah purba, babi rusa, serta tapir yang saat ini hanya ada di wilayah Sumatera, temuan yang bisa menjadi petunjuk keragaman fauna Tulungagung pada masa lalu.
"Pendek kata, kehidupan fauna masa lalu di daerah Tulungagung sungguh sangatlah beragam," kata Rusyad, ahli bioantropologi dan paleoantropologi dari Fakultas Kedokteran UGM.
Ia mengakui, keberadaan Hippopotamus di Pulau Jawa sampai sekarang masih menjadi perdebatan.
Para ahli arkeologi meyakini kuda sungai purba yang fosilnya juga pernah ditemukan dalam jumlah banyak di sekitar Sungai Bengawan Solo tersebut sudah punah saat memasuki masa holosen sekitar 20.000 tahun sebelum Masehi.
"Mungkin saja itu (subfosil Hippopotamus) ada yang membawa dari luar Tulungagung. Tapi temuan itu tetap menunjukkan adanya indikasi kuat atas temuan Song Gentong," tandas Rusyad.
Arkeolog dari Fakultas Ilmu Budaya UGM, Agus Tri Hascaryo, mengatakan, temuan subfosil gigi kuda nil, gajah purba, dan tapir bisa menjadi petunjuk penting bagi penelitian fauna purba di wilayah Tulungagung dan sekitarnya.
"Semoga ada kejutan lain yang bisa kami temukan untuk diungkap dalam penelitian selanjutnya," kata Antropolog Forensik dari Universitas Airlangga, Toetik Koesbardiati.
Eskavasi dan penelitian prasejarah di situs purba Goa Song Gentong, Desa besole, Kecamatan Besole, Tulungagung dilakukan sejak Senin (3/6) hingga Jumat (8/6), sebagai bagian dari pelatihan ekskavasi bagi mahasiswa Unair.
Goa purba Song Gentong terletak di area pertambangan marmer dan batu putih di Desa Besole. Tak jauh dari goa, ada cekungan tanah memanjang dengan kedalaman sekitar 15 meter yang diyakini sebagai sungai purba pada zaman neolitikum.