Senin 15 Apr 2013 19:48 WIB

Demi Misi Robotics, Danan Rela Dirawat di Rumah Sakit

Rep: Gunadi/ Red: Heri Ruslan
Danan Jaya mahasiswa semester 7 STMIK  Bandung yang tergabung dalam Bandung Robotics School (BRS)
Foto: istimewa
Danan Jaya mahasiswa semester 7 STMIK Bandung yang tergabung dalam Bandung Robotics School (BRS)

REPUBLIKA.CO.ID, Danan Jaya mahasiswa semester 7 STMIK  Bandung yang tergabung dalam Bandung Robotics School (BRS) sangat antusias menyelesaikan misinya. 

Siang dan malam, Danan merancang robot untuk diikutsertakan dalam Kontes Robot Pemadam Api Indonesia. 

Danan begitu semangat.  Ia terus berupaya menyelesaikan misi Robotics-nya sampai lupa beristirahat.  Danan rela tidur di tempat praktik demi menyelesaikan proyek pembuatan robot andalannya.

Gara-gara menghabiskan waktunya untuk menciptakan robot, Danan pun sempat dirawat di rumah sakit akibat kesehatannya drop. Itulah sekilas perjuangan seorang Danan demi mengapai cita-citanya.

Kontes Robot Pemadam Api Indonesia  Regional II Jawa Barat akan digelar pada  9-11  Mei  2013 di Politeknik Negeri Jakarta.  Bandung Robotics School (BRS) salah satu peserta yang akan ikut kontes tersebut.

''Persiapan selama enam bulan  untuk merancang  dan menyempurnakan terasa masih kurang,''  ujar Yus Jayusman, Direksi Bandung Robotics School.

Menurut Yus,  suku cadang alias “spare part” yang ada di Indonesia masih kurang memadai. ''Untuk regulator dan dynamo  saja  sengaja didatangkan dari negeri  Ginseng  korea , belum lagi untuk menentukan motor saja bisa sampai sebulan,'' papar Yus.

 

Jumlah kontestan robot diperkirakan antara 30–40 orang untuk setiap regional  dari lima regional. ''Kami optimistis bisa menyelesaikan misi, dalam artian  robot bisa berjalan dan kembali berhenti pada tempat yang telah direncakan.  Perkara menang atau kalah bukan menjadi prioritas kami.''

 

Yus menuturkan, BRS berdiri dengan tujuan untuk mencerdaskan anak bangsa dan membangun Indonesia dan menerapkan minat juga meningkatkan kreativitas di bidang robotik.

''Cita-cita kami yang paling tinggi tentunya robot ini tidak sekadar menjadi prototype saja, namun menjadi alat yang sebenarnya dan digunakan berdasarkan fungsi dan kegunaannya,'' papar Yus.

 

Yus menegaskan, pihaknya ingin robot yang dirancang oleh anak-anak binaan BRS bisa berguna untuk kepentingan masyarakat banyak. Diakuinya, untuk melakukan riset saja membutuhkan dana yang tak sedikit.

''Biaya yang dikeluarkan untuk riset saja bisa sampai Rp 1 miliar,'' paparnya. Meski begitu, ia optimistis bangsa Indonesia bisa membuat robot seperti negara maju lainnya .

''Pesan kami, untuk anak-anak bangsa ini tentunya untuk bisa merancang dan membuat robot awali dengan belajar dari hal yg sederhana dan jadikan robot menjadi kesenangan dulu,'' ucapnya.

Bagi yang ingin belajar membuat robot, BRS hadir di sejumlah tempat, yakni di Jl Wangsa Niaga Wetan No 26 Kotabaru Parahyangan, jl Setra Dago Utama 30, Komplek Setra Dago - Antapani, Bandung, jl Brigjen Katamso No. 90 Km. 2,5 Tanjung Pinang,  Kepulauan Riau, dan Cabang Tasik  yang terletak di Jl Galunggung No 48 Kota Tasikmalaya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement