REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Kaum perempuan di kota Chrsitchurh yang dilanda gempa bumi, meningkatkan konsumsi jenis makanan junk food dan jenis makanan yang menyenangkan lainnya. Meningkatnya konsumsi makanan itu adalah untuk menenangkan diri, demikian hasil suatu penelitian yang diterbitkan, Selasa (26/3).
Peneliti psikologi pada Universitas Canterbury, Dr Roeline Kuijer, mengatakan kaum perempuan Christchurch mengalami pos-trauma setelah gempa bumi. Menurut laporan Xinhua, mereka menjadi gemar mengonsumsi makanan tak sehat dan merindukan penganan lain yang bisa membahagiakan.
"Ini penelitian pertama di Selandia Baru dan mungkin ditemukan secara internasional yaitu mempelajari pilihan makanan sebelum dan sesudah bencna," kata Kuijer. Penelitian kebanyakan dilakukan pada perempuan usia pertengahan bermula pada 2007 namun setelah gempa bumi pada 22 Februari 2011 yang merenggut 185 korban jiwa, penelitian mengamati kesehatan, kesejahteraan dan khususnya kebiasaan makan yang terjadi akibat gempa.
"Fakta yang kita dapat dari peserta sebelum gempa bumi adalah unik. Sangat sedikit penelitian yang bisa mengikuti peserta sebelum dan sesudah bencana alam," ujar Kuijer. "Kami bertanya kepada mereka, apa yang mereka makan setiap hari, apakah mereka makan masakan tak sehat, dan seberapa banyak mereka memakannya.
Sampai dengan sesudah gempa, kebiasaan makan mereka stabil. "Apa yang mereka suka makan untuk meredakan stres adalah makanan yang mudah disiapkan dan sudah sering dinikmati, menjadi pilihan yang penting." Temuan ini penting, karena dampak negatif jangka pendek berkaitan erat dengan pola makan tak sehat, seperti energi yang rendah, kelesuan dapat menyebabkan cara menghadapi dampak bencana bahkan makin sulit," tambahnya.