REPUBLIKA.CO.ID,Banjir masih menjadi masalah yang menghampiri berbagai wilayah Indonesia. DKI Jakarta sebagai ibu kota negara juga tidak luput dari ancamannya. Di tengah pencarian jalan keluar untuk mengatasi banjir, Manta Trash Eater (MTE) mungkin bisa jadi pilihan. Alat ini berfungsi melenyapkan sampah yang berserak di sungai.
Abinda Nabila Auliyatunnisa dan Shafira Dewi Mustika, pembuat MTE, sadar betul banjir tak lepas dari persoalan sampah. Sungai-sungai kerap tertutup rapat sampah. Kesadaran ini membuat dua siswi kelas X SMA Semesta, Semarang, Jawa Tengah, tersebut menawarkan ide MTE. “Alat ini mampu mengangkat sampah padat yang mengapung, melayang, atau tenggelam,” kata Abinda.
Ada tiga unit yang menyusunnya, yaitu unit penghasil energi, pengangkat, penepi, dan unit cadangan. Pada unit penghasil energi, terdapat dua komponen utama. Keduanya adalah kincir air dan pelampung. Sedangkan, unit pengangkat berfungsi mengangkat sampah yang ada di sungai. Unit penepi berperan memindahkan semua sampah yang dibawa unit pengangkat ke penampungan sampah di tepi sungai.
MTE digerakkan energi mekanik aliran sungai dengan kincir air. Motor listrik dan saklar otomatis disematkan pula. Manfaatnya, sebagai tenaga cadangan bila energi gerak kincir tak cukup besar untuk menjalankan MTE. Pada prinsipnya, kincir air yang bergerak akibat aliran air bertugas layaknya sendok yang mengaduk air dan mengangkat sampah yang tersangkut.
Sampah yang tersangkut akan dibawa ke atas dan dijatuhkan ke unit penepi. Selanjutnya, sampah yang dijatuhkan tersebut kemudian diangkut menuju tempat sampah. Tiap bagian dari mesin ini dapat dirangkai dengan mudah karena menggunakan sistem yang sederhana. Unit penghasil energi, yaitu kincir air dan pelampung, dibuat dari bahan fiber glass.
Kerangka sayap dan kerangka penopang terbuat dari aluminium. Agar mampu bekerja maksimal, kincir air didesain dengan enam daun kincir. Pada unit pengangkat, terdiri atas jaring pengangkat, kait, roda beserta asnya, serta tiang penyangga. Jaring pengangkat terbuat dari sabuk plastik tebal yang diikat membentuk jaring.
Dengan demikian, sampah yang menabrak jaring tersangkut, tetapi air dapat tetap mengalir. Ukuran mata jaring dan besar diameter sabuk plastik fleksibel. Ini bergantung pada besar kecilnya sampah yang akan diangkat. Sementara itu, roda gigi beserta asnya dibuat dari besi. Bahan tiang penyangga adalah baja.
Setiap komponen mempunyai kerja masing-masing. Roda gigi digunakan untuk menggerakan jaring pengangkat. Hasil gerakan roda gigi bersifat melingkar. Ini menyebabkan jaring berputar membuat suatu siklus berulang. Unit penepi yang terdiri atas rantai berjalan bertugas menepikan sampah yang telah terangkat.
Unit tersebut bergerak ke samping . Hasilnya, sampah jatuh ke tempat penampungan atau truk sampah yang telah disediakan di bantaran sungai. Tiang penyangga terbuat dari logam aluminium supaya tidak mudah berkarat karena korosi oleh air. Abinda dan Shafira telah melakukan uji coba di salah satu sungai saluran irigasi di Jepara. MTE mampu mengangkat sampah hingga 208,33 kg.
Kelebihan MTE, mampu membersihkan sampah padat di sungai. Tak hanya itu, MTE tak menggunakan tenaga manusia. Karena tak memakai bahan bakar, alat ini pun lebih hemat biaya. Abinda dan Shafira melakukan penelitian proyek ini selama lima bulan. Proses desain dilakukan di sekolah dengan pengawasan guru pembimbing.
Sedangkan, pembuatan alat dilaksanakan di bengkel daerah Jepara, Jawa Tengah. “Biaya pembuatan MTE ini sekitar Rp 3,5 juta,” ujar Shafira saat ditemui di Balairung Universitas Indonesia (UI), Depok. MTE ciptaan Abinda dan Shafira dipamerkan selama dua hari dalam proses penjurian di UI. Karya ini dipamerkan karena merupakan salah satu finalis dalam Indonesia Science Project Olympiad (ISPO) 2013.