REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Seseorang lebih aman dari penularan flu bila berada di ruangan lembap daripada kering. Ini temuan baru yang diungkapkan para peneliti di Centers for Disease Control and Prevention, AS. Mereka menempatkan manekin yang sedang batuk dan bernapas dengan jarak sekitar 1,8 meter.
Partikel virus flu dilepas saat batuk dan peralatan yang melalui ruang lembap dan dekat mulut manekin yang bernapas menangkap partikel ini. Kemudian, partikel tersebut dikumpulkan, diuji kemampuannya menginfeksi sel manusia. Pada tingkat kelembapan 23 persen, sebanyak 70 hingga 77 persen partikel virus flu masih mampu menginfeksi. Ini terjadi sejam setelah simulasi batuk.
Namun, ketika kelembapan naik sampai 43 persen, hanya 14 persen virus yang dapat menginfensi. Sebagian besar partikel virus flu tak lagi aktif setelah dilepas ke udara lembap. “Virus bertumbangan pada tingkat kelembapan tinggi,” kata John Noti, seorang peniliti CDC's National Institute for Occupational Safety and Health, seperti dikutip LiveScience, Rabu (27/2).
Kelembapan tinggi memperdayai, baik partikel flu kecil maupun besar. Bagi Noti, ini sangat penting. Sebab, partikel flu kecil berada di udara lebih lama dibandingkan yang besar. Ilmuwan telah lama mengetahui tingkat kelembapan berpengaruh pada penularan flu. Mereka menyatakan, penularan lebih rendah pada musim panas karena tingginya kelembapan.
Namun, penemuan baru ini mengungkapkan lebih banyak hal. Penelitian secara langsung memaparkan bagaimana tingkat kelembapan bisa berdampak pada penularan flu. Selain itu, kata peneliti lainnya Donald Beezhold, terungkap pula tingkat kelembapan mampu melumpuhkan partikel virus flu yang kecil maupun besar.