REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menegaskan bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) bukan satu-satunya cara untuk mengendalikan banjir di Jakarta.
"Jadi hanya mengurangi potensi banjir sekitar 30 persen," kata Kepala Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan BPPT Tri Handoko Seto pada keterangan pers tentang Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jakarta, Jumat (8/2).
TMC, ujar dia, hanya mengendalikan dari sisi potensi curah hujan, sementara ketika sudah turun menjadi hujan, pengendalian sepenuhnya ada di sarana prasarana pengendalian banjir yang ada di Jakarta seperti kawasan penyerapan, sistem drainase, dan lainnya.
Banjir yang tetap terjadi di Jakarta pada 6 februari lalu, menurut dia, bukan berarti kegagalan TMC, karena tanpa TMC, banjir bisa jadi lebih besar lagi.
Pada 6 Februari, telah dilakukan empat kali operasi penyemaian (penerbangan) dengan bahan yang disemai mencapai 11 ton, ujarnya.
Strategi TMC, ujarnya, adalah bagaimana agar hujan tidak terlalu banyak turun di kawasan yang akan menimbulkan banjir, dengan demikian diturunkan di kawasan lainnya yang tak rawan banjir.
"TMC mengupayakan awan hujan tidak masuk ke Jakarta, atau sedikitnya berkurang, misalnya potensi curah hujan 1 ton diupayakan menjadi hanya 500 kg. Kita juga mencegah awan bertumbuh menjadi awan kumulunimbus yang sangat besar," katanya.
Ia mengakui, penduduk di kawasan tempat dijatuhkannya hujan seringkali protes karena daerahnya yang seharusnya kering menjadi hujan.