REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mendorong pemuda, terutama dari kalangan mahasiswa teknologi informasi, untuk terus berinovasi menciptakan konten telekomunikasi.
"Yang muda-muda itu harus bikin konten. (Mahasiswa) yang di Depok, di Lenteng Agung juga yang di Kebon Jeruk harus digiatkan bikin konten," kata Ketua Mastel Setyanto P Santosa di Jakarta, Rabu (7/2).
Menurut Setyanto, jika masalah konten menjadi bagian yang muda, maka tugas pemerintah adalah menyediakan layanan broadband yang bagus. Dengan layanan broadband yang bagus, konten lokal akan tumbuh signifikan sehingga pendapatan perusahaan telekomunikasi juga bisa meningkat.
Menurut dia, sejak teknologi 3G masuk Indonesia, pendapatan perusahaan telekomunikasi menurun drastis karena penggunaan layanan jasa tradisional berupa voice dan SMS yang mereka tawarkan berkurang.
Pelanggan telekomunikasi seluler mulai beralih ke layanan messaging menggunakan akses internet seperti Yahoo Messenger, Blackberry Messenger, Whatsapp bahkan Twitter dan Facebook karena lebih cepat dan mudah.
"Sejak ada 3G, perusahaan telekomunikasi cuma kebagian 25-30 persen dari total revenue. Padahal saat menggunakan 2G, mereka bisa dapat 90-100 persen pendapatan," katanya.
Tantangan yang ada saat era 3G seperti saat ini, menurut Setyanto, adalah bagaimana Indonesia harus terus meningkatkan konten dalam negeri. "Rumusnya kalau nanti konten dalam negeri tumbuh, pemakaian konten luar hanya sekitar 40 persen. Sebanyak 60 persen orang akan lebih memilih, istilahnya 'opera van java'," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya mendesak pemerintah untuk segera membangun broadband di kawasan kampus agar bisa segera meningkatkan industri telekomunikasi. Setyanto menilai pemerintah seharusnya bisa sedikit menaruh perhatian pada industri telekomunikasi sebagai bekal di masa datang.
Menurut dia, basis pengetahuan di masa mendatang akan banyak bergantung pada telekomunikasi, sehingga perlu menjadi salah satu prioritas pembangunan.