Rabu 06 Feb 2013 23:16 WIB

Mastel: OTT Harus Bangun Data Centre di Indonesia

Google+
Google+

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengungkapkan perlunya pusat data atau "data center" pemain Over the Top (OTT), seperti Google, Facebook, atau Research in Motion untuk mencegah bertambahnya kebocoran devisa negara.

"Mereka harus buat 'data center' di republik ini kalau mau masuk ke pasar kita sehingga tidak memberatkan bandwidth yang tinggi dan 'currency'-nya (nilai tukar mata uang) menggunakan rupiah," kata Ketua Mastel Setyanto P. Santosa di Jakarta, Rabu.

Setyanto mengkhawatirkan adanya kebocoran nilai tukar mata uang (currency leakage) yang lebih tinggi lagi karena banyak masyarakat yang mengunduh konten dengan mata uang asing.

Dia khawatir jika nanti layanan broadband menjadi semakin cepat dan lancar, masyarakat masih akan terus melakukan kebiasaan mengunduh berbagai macam konten berbayar.

"Nanti kalau broadband diperlancar begitu cepat, nanti malah menambah kebocoran devisa. Orang belanja lagu dari luar, ini yang kami khawatirkan," katanya.

Dengan membangun pusat data di Indonesia, Setyanto berharap meski tetap harus membayar saat mengunduh konten, nilainya tidak akan sebesar jika mata uangnya berbeda.

Berdasarkan data Proyeksi Informa WCIS, Q-IV 2012, devisa dari Indonesia yang keluar pada tahun 2012 ke perusahaan OTT global seperti Facebook saja diperkirakan mencapai 252 juta dolar AS. Nilai tersebut belum termasuk dari layanan sosial media lain.

Lebih lanjut, Setyanto menekankan bahwa keberadaan pusat data di Indonesia nantinya tidak akan memberatkan bandwidth yang tinggi sehingga koneksi internet bisa lebih cepat.

"Intinya bagi konsumen adalah enjoy dan cepat," katanya.

Pentingnya keberadaan pusat data, lanjut dia, juga didorong oleh pertumbuhan ponsel pintar yang diperkirakan masih tinggi pada tahun 2013.

Berdasarkan proyeksi lembaga penelitian Frost & Sullivan, ponsel cerdas di Indonesia diperkirakan akan tumbuh sekitar 16,1 persen sedangkan "wireless dongle" diperkirakan akan tumbuh signifikan mencapai 47,5 persen.

Sementara itu, komputer tablet diperkirakan akan tumbuh hanya 11,6 persen karena kisaran harganya yang masih tinggi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement