REPUBLIKA.CO.ID, Sebelunya pada bagian 1 diulas bagaimana Linux membuat nyaman karena membebaskan pengguna. Aspek lain yang dicintai pengguna Linux terutama loyalis sistem operasi (OS) berbasis open source adalah kecepatan kinerja dan sistem yang tidak memberatkan. Bahkan sering dijumpai komputer zaman baheula yang menggunakan disket tipis lebar masih bisa mengoperasikan Linux. Sementara Windows? Jangan tanya.
Bila dicermati, sistem operasi besutan Microsoft itu kian dipandang ‘rewel’ dengan menuntut kebutuhan perangkat lunak lebih canggih begitu perusahaan merilis versi terbaru
Sebagai gambaran perbandingan kebutuhan perangkat lunak dengan OS open source, misal Linux 2.2 dan 2.4, pengguna cukup menggunakan CPU 800 MHz. Memori RAM sebesar 256 MB dan ruang hard disk tempat bernaung software OS sebesar 20 MB sudah bisa membuat Linux berjalan mulus. Setelah itu sediakan ruang penyimpanan data sebesar 500 MB atau 1 GB.
Versi terbaru Ubuntu Dekstop Edition keluaran 2012, juga tidak neko-neko. Cukup sediakan cip berdaya 700 MHz kelas intel Celeron atau lebih, sistem memori RAM 512 MB, ruang penyimpanan data 5 GB atau bahkan stik USB, kartu memori atau hard disk eksternal.
Resolusi pun tak perlu kelas wahid, cukup VGA yang mampu mengatasi layar 1024 x768. Meski untuk keperluan penginstalan, pengguna masih membutukan CD/DVD drive atau port USB, tapi bukankah fitur itu semua sudah tersedia dalam komputer masa kini?
Sedangkan bila dibandingkan dengan Windows? Dulu untuk kebutuhan Windows XP Service Pack 3 yang terbaru pengguna cukup menyediakan ruang kerja dalam hard disk sebesar 280 MB, dan 480 MB untuk file-file , kemudian ruang perangkat keras 1485 MB atau 1,5 GB saat instalasi. Penting disinggung, semua OS Linux dan --untungnya--Windows XP masih menggunakan komputer arsitektur 32 bit.
Sekarang mari bandingkan dengan OS terbaru Microsoft, Windows 8. Kebutuhan minimum perangkat keras untuk bisa mulus menggunakan sistem operasi ini adalah prosesor berdaya 1 GHz dalam komputer berasitektur 32 bit (IA-32) atau 64 bit (x64). Namun yang direkomendasikan adalah komputer berasitektur 64 bit.
Lalu untuk memori, pengguna wajib menyediakan RAM sebesar 1GB untuk IA-32 dan 2 GB untuk edisi x64. Sementara yang direkomendasikan untuk bisa berjalan tanpa tersendat yakni RAM berkapasitas 4 GB.
Kemudian masuk kartu grafis, Windows 8 butuh kartu sekelas DirectX 9 WDDM 1.0 sedangkan yang direkomendasikan yakni kartu DirectX 10. Satu yang perlu ditekankan di sini mana-mana salah satu bagian internal yang bikin harga melangit selain cip prosesor adalah kartu memori grafis. Semakin mantap kinerja kartu grafis maka semakin dalam kantong yang harus dirogoh.
Soal layar juga ada tuntutan besar meski kebutuhan minimum mencukupkan di angka 1024x768 piksel namun yang dianjurkan yakni 1366×768 piksel. Lalu untuk ruang penyimpanan hard disk sekurang-kurangnya 16 GB untuk IA-32 dan 20 GB untuk arsitektur x64.
Semua spefisikasi tadi membuat harga satu unit laptop yang dipasangi Windows 8 dan tetap ngebut mulus jadi selangit. Alasannya, mereka cenderung mengusung spesifikasi di atas kebutuhan minimum. Jangan heran bila laptop Windows 8 rata-rata hampir menyentuh angka 10 juta atau bahkan tembus hingga belasan juta.
"Terus terang saya tetap bisa menggunakan laptop lama yang saya beli pada 2009 seharga 5 jutaan dan tetap oke. Tak perlu mahal,” kata Asalin. Tuntutan Linux itulah yang membuat pengguna bebas pula menentukan perangkat keras seperti apa yang mereka butuhkan.
Meski pengguna Linux, Asalin juga menginstal Windows dalam laptopnya. Komputer dengan dua OS macam milik Asalin jamak disebut dual boot system. "Tapi saya beli asli yang berlisensi, bukan bajakan,"tegasnya. Meski, sebagian besar penggunaan hanya untuk main game, selebihnya ia memilih bekerja dalam lingkungan Linux.
Bagaimana dengan soal tampilan di komputer, Linux tak sebagus Windows? Nanti dulu.
Pengembang Linux bukan hanya orang yang sekadar gemar mengoprek. Otak di balik pengembanan software ini ada pula para guru dan wizard--julukan pakar kelas wahid di dunia IT--yang menjunjung tinggi filosofi kebebasan dalam software. Mereka kadang juga seorang hacker.
(Tampilan menarik tema dekstop Ubuntu versi Gnome-gambar kiri)
Jadi jangan heran bila tampilan dekstop Linux pun tak kalah kinclong dengan kompetitornya keluaran Microsoft maupun Apple, begitu pula kinerjanya. (bersambung ke bagian 3)