REPUBLIKA.CO.ID, AMERIKA SERIKAT -- Amerika Serikat semakin menunjukan keseriusannya menghadapi ancaman perang siber. Pentagon sepakat memperluas pertahanan di bidang jaringan dengan menambah jumlah personel mereka hingga lima kali lipat di fasilitas militer US Cyber Command.
Rencana perluasan ini seperti dilaporkan Reuters, Senin (28/1) untuk mendongkrak kemampuan AS dalam mengantisipasi ancaman serangan siber yang terus meningkat sekaligus untuk mempermudah operasi penyerangan kepada musuh.
US Cyber Command adalah salah satu fasilitas militer paling canggih sistem keamanannya serta bertanggung jawab melindungi jaringan komputer militer AS. Dan jika rencana berjalan mulus, fasilitas itu disebut-sebut akan merekrut 900 hingga 4900 staf, baik dari kalangan militer maupun sipil dalam beberapa tahun mendatang.
Belum ada informasi rinci mengenai rencana tersebut. Namun, rencana untuk menambah personel sebagai bagian dari pengembangan departemen sibernya sudah dibuat oleh pejabat Pentagon tahun lalu, demikian menurut sumber dari Pentagon yang tidak disebut namanya kepada Reuters.
Alasannya tentu saja melihat kepada peningkatan serangan siber belakangan ini. Salah satu yang cukup menjadi sorotan adalah serangan virus yang digunakan untuk menghapus data dari lebih 30 ribu komputer milik perusahaan minyak Arab Saudi tahun lalu.
Washington Post, Senin (28/1) melaporkan kalau nantinya akan ada tiga satuan khusus yang dibentuk di bawah Cyber Command sebagai bagian dari pengembangannya.
Yang pertama adalah “national mission forces”, yang bertugas melindungi sistem komputer yang menangani jaringan listrik, pembangkit listrik dan infrastruktur lain yang dianggap kritis bagi kemanan ekonomi dan nasional.
Yang kedua adalah "combat mission forces”, yang memudahkan panglima militer dalam merencanakan dan melancarkan serangan dari jauh. Dan yang terakhir adalah "cyber protection forces", bertugas membentengi jaringan milik Departemen Pertahanan AS.