Selasa 25 Dec 2012 06:40 WIB

Ini Lima Fakta tentang Mimpi (1)

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Heri Ruslan
Keranjingan gadget kerap ganggu jam tidur/ilustrasi
Foto: redorbit.com
Keranjingan gadget kerap ganggu jam tidur/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  BOSTON -- Ilmuwan semakin menggali lebih dalam tentang mimpi dan menjelaskannya dari sudut pandang ilmu pengetahuan. Ketika kepala Anda menyentuh bantal, sel-sel di otak akan terjaga dan memicu energi yang cukup untuk menghasilkan mimpi. Berikut adalah sebagian fakta tentang mimpi, dikutip dari mnn.com, Selasa (25/12).

1. Mengapa kita perlu bermimpi?

Ilmuwan sejak lama bertanya-tanya mengapa kita bermimpi. Sebagian dari alasan bermimpi itu adalah sikap kritis seseorang. Hal ini dikemukakan pada pertemuan the Association for Psychological Science di Boston, 2010 lalu. Hasil penelitian ahli psikologi dari Universitas Harvard, Deirdre Barrett, menunjukkan tidur itu membantu kita memecahkan teka-teki yang kita temui selama siang hari.

Aspek visual yang dilihat seseorang dalam mimpinya seringkali memang tidak logis. Namun, mimpi mampu membuat seseorang untuk berpikir keluar dari ketidakmungkinan atau out of the box. "Bermimpi bisa membantu seseorang memecahkan beberapa masalah sekaligus," kata Barrett.

Awalnya, kata Barrett, mimpi mungkin terbilang biasa. Namun, perjalanan di mimpi itu semakin berkembang dan menunjukkan seseorang ke tujuan lain. Dari waktu ke waktu, mimpi akan merunut otak seseorang dan membantunya memecahkan masalah.

2. Mimpi bisa dikendalikan

Psikolog dari Universitas Grant MacEwan Kanada, Jayne Gackenbach, meneliti bahwa seorang gamer, atau mereka yang hobi bermain video gim, ternyata mampu mengendalikan mimpinya laiknya mengendalikan video gim. "Gamer mampu mengendalikan lingkungan permainan mereka. Hal itu bisa mereka terjemahkan ke dalam mimpi," katanya.

Penelitian Gackenbach ini dirilis pada 'LiveScience 2010' di Amerika Serikat. Ia menemukan hasil bahwa mereka yang sering bermain video gim lebih memiliki mimpi yang jelas. Mereka bisa melihat diri mereka sendiri dengan jernih di alam mimpinya. Hal ini jarang bisa dilakukan oleh orang biasa. Orang biasa lebih sering memimpikan orang lain, dan jarang yang bisa melihat dengan jelas dirinya sendiri di alam mimpi itu.

Seorang gamer juga mampu memengaruhi dunia mimpi mereka, seolah mereka tengah mengendalikan karakter dalam video gim. Tingkat kontrol yang kuat juga membantu gamer mengubah sebuah mimpi buruk menjadi mimpi yang indah. Penelitian yang dilakukan pada 2008 ini ternyata mampu membantu veteran perang AS yang menderita pasca-traumatic stress disorder (PTSD).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement