REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Riset Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) telah berhasil mengubah tenaga nuklir dari bahan senjata pemusnah massal menjadi energi dan pangan, antara lain, menghasilkan padi varietas unggul, budidaya peternakan dan perikanan.
"Banyak manfaat teknologi nuklir bagi peningkatan mutu pangan, dan ketahanan pangan nasional. Sepanjang 54 tahun pengabdian Batan dalam riset telah menghasilkan nuklir untuk energi dan pangan," kata Kepala Batan Djarot Wisnubrot di sela-sela pencanangan "Atomos Day" terkait HUT ke-54 Batan di Serpong, Ahad (2/12).
Menurut dia, teknik nuklir iradiasi telah mampu menghasilkan bibit-bibit padi unggul dengan memendek umur, tahan terhadap hama dan kekeringan. Sekitar 20 varietas padi hasil radiasi seperti Mira I, Bestari, dan Inpari Sidenuk bisa mencapai beras 7 ton/hektare atau lebih baik dari rata-rata produksi beras nasional yang 5,01 ton/hektare.
"Varietas hasil litbang BATAN telah ditanam pada lebih 3 juta hektare lahan pertanian sejak tahun 2000 dan terdistribusi 24 provinsi," tuturnya.
Hasil iradiasi lainnya adalah kedelai, kacang hijau, dan kapas. Disusul varietas sorghum untuk mengganti gandum bahan mie instan, pembibitan ikan budidaya yang mempercepat pertumbuhan dan berat melalui teknik penjantanan dengan "hormon methy testosteron".
Namun demikian, Djarot mengakui masih banyak produsen pangan yang menyangsikan keselamatan penggunaan iradiasi pangan, yang disebabkan kurangnya sosialisasi manfaat teknologi nuklir bagi peningkatan mutu pangan, terutama pembinaan kepada usaha-usaha kecil menengah (UKM).
Oleh karena itu, Batan telah melaksanakan workshop Makanan Iradiasi untuk Meningkatkan Mutu Pangan dan Ketahanan Pangan Nasional, di Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur, Kamis (29/11) lalu dan berencana membangun instalasi iradiator di Jatim.
"Manfaat (teknik nuklir) ini pula yang akan ditularkan Indonesia kepada Kamboja dan Myanmar," ujarnya.