REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Studi peneliti kutub telah mengungkapkan komunitas bakteri kuno yang mampu bertahan hidup di lingkungan tanpa cahaya dengan oksigen tipis dan mengandung garam hampir 20 meter di bawah es di danau Kutub Selatan. Fenomena ini memberi gambaran mengenai ekosistem unik.
Penelitian tersebut, yang didanai Yayasan Sains Nasional dan NASA, memberi petunjuk proses biokimia yang tak berkaitan dengan sinar Matahari, karbon dioksida, dan oksigen, atau fotosintesis.
Para penulis studi tersebut menyatakan itu mungkin menjelaskan pontensi bagi kehidupan di lingkungan yang mengandung garam dan kriogenik di luar Bumi, tempat energi pada ekosistem secara khas mendapat bahan bakar dari Matahari.
Studi tersebut, yang disiarkan pekan ini di dalam Proceedings of the National Academy of Science, adalah hasil dari upaya kolaborasi para peneliti kutub dari sejumlah lembaga, termasuk University of Illionist di Chicago, Montana State University dan University of Colorado.
Energi yang mengendalikan kehidupan bakteri di Danau Vida, yang kebanyakan beku, danau air garam di bawah lapisan es Antartika, mungkin terbentuk dari reaksi kimia antara air garam dan batu di bawah yang kaya akan besi, kata para peneliti tersebut.
Kondisi di Danau Vida serupa dengan habitat di Mars dan diduga ada di tempat lain di sistem tatasurya, sehingga menciptakan kerangka kerja baru yang berpotensi bagi penilaian mengenai kemungkinan adanya kehidupan di luar angkasa dan bagaimana itu dapat bertahan.
"Itu dapat memberitahu kita mengenai asal kehidupan di Bumi dan itu juga mendidik kita mengenai pencarian kehidupan di tempat lain," kata Peter Doran, penyelidik utama dalam proyek Danau Vida dan Profesor Sains Lingkungan Hidup di University of Illionis di Chicago.
Para peneliti menganalisis sampel yang diambil dari Danau Vida selama ekspedisi pada 2005 dan 2010, kata Reuters, Kamis malam. Eksplorasi sebelumnya menunjukkan lapisan es telah memutus danau tersebut dari sinar Matahari dan atmosfir Bumi selama 3.000 tahun.
Ahli mikrobiologi, Christian Fritsen, penulis naskah itu dan profesor di Desert Research Institute di Nevada, mengatakan penelitian mengenai sampel tersebut memperlihatkan air danau yang enam kali lebih asing dibandingkan dengan air laut dengan temperatur rata-rata -13 derajat Celsius dan tingkat nitrooksida paling tinggi pada wabah air alamiah di Bumi.
Para peneliti tersebut mulanya mengira sedikit atau tak ada kehidupan dalam kondisi sangat eksrem semacam itu, kata Fritsen.
"Ketika saya melihat ke mikroskop untuk mencari bakteri, ada sangat banyak dibandingkan dengan yang pernah saya bayangkan. Itu adalah dunia yang sangat tidak kami bayangkan," katanya.
Penelitian tersebut menunjukkan mikroba di danau terkucil itu berisi wakil dari delapan kelompok utama bakteri, sehingga menunjukan ekosistem yang rumit dan bukan sisa populasi satu bentuk kehidupan saja.
"Itu adalah pedang bermata-dua: Kami tak ingin membuat sensasi temuan ini tapi, pada saat yang sama, itu sangat menggairahkan," kata Fritsen.