Kamis 15 Nov 2012 14:30 WIB

Indesco, Mengawasi Para Pencuri Ikan Lewat Satelit

Nelayan dengan hasil tangkapan di Muara Angke, Jakarta (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/WIHDAN
Nelayan dengan hasil tangkapan di Muara Angke, Jakarta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah Republik Indonesia terus memperketat pengawasan terhadap aksi pencurian ikan di perairan Indonesia, salah satunya lewat infrastruktur oseanografi yang berbasis radar satelit.

Lewat proyek INDESO (Infrastructure Development  for Space Oceanography), pemerintah--dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)--akan menciptakan sistem pengawasan berbasis satelit yang tidak hanya berbasis optik tapi juga radar.

"Proyek INDESO ini salah satunya akan membangun infrastruktur berupa ground station dengan satelit penginderaan jarak jauh, yang bukan hanya optik tapi juga radar. Resolusi yang dihasilkan mulai dari skala makro hingga skala detil 1:2.000," kata Sekretaris Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, Dr. Aryo Hanggono, DEA, di Jakarta, Kamis.

Lebih lanjut Aryo Hanggono menjelaskan bahwa infrastruktur lain yang akan dibangun lewat INDESO adalah pemodelan oseanografi yang tidak hanya menggunakan pendekatan secara fisika tapi juga biologi.

"Kita akan dapat memantau migrasi ikan, terutama ikan pelagis. Kita juga akan mampu melakukan penghitungan stok ikan setiap bulan bahkan minggu, dengan menggunakan model dasar yang ditambah dengan faktor biologis," ujar dia.

Proyek INDESO ini sendiri akan dikelola oleh Balitbang KP lewat Balai Penelitian dan Observasi Laut, di Perancak, Bali.

Dari dua infrastruktur yang dibangun INDESO dalam waktu sekitar 3 tahun mulai 2013, masih kata Aryo, diharapkan tujuh aplikasi akan terbangun.

"Kita akan punya tujuh aplikasi: penghitungan stok ikan, satelit radar untuk pemantauan pencurian ikan, pemantauan tumpahan minyak (oil spill), mendukung visi industrialisasi KKP dengan pemantauan budidaya udang (tambak), investarisasi rumput laut dan budidayanya, menunjang program perlindungan karang dan bakau (CTI) lewat coral sensing, dan tata kelola kawasan pesisir yang terintegrasi," kata dia.

Selain membangun dua infrastruktur dan tujuh aplikasi, INDESO juga memuat program peningkatan kapasitas sumber daya manusia peneliti Indonesia.

"Akan ada total 14 peneliti yang bakal meneruskan studinya ke jenjang S2 dan S3 lewat proyek ini. Hal ini penting untuk diwujudkan karena harapan kita tentu infrastruktur dan aplikasi dari INDESO akan bisa dikelola oleh orang-orang kita sendiri," tandasnya.

Proyek INDESO yang bernilai 30 juta dolar Amerika (Rp287,7 miliar) ini dibiayai oleh pinjaman dari Badan Prancis untuk Pembangunan (AFD) dengan skema pinjaman lunak dan masa pengembalian selama 15 tahun. Penandatanganan perjanjian dilakukan 18 Juni 2012 di Jakarta.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement