REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Telkomsel memperkirakan pendapatan hingga akhir 2012 akan menembus Rp50 triliun meskipun anak usaha PT Telkom ini sedang didera kasus pailit.
"Optimistis pendapatan tahun ini (2012) bisa di atas Rp50 triliun. Namun angka pastinya belum bisa kami ungkapkan," kata Direktur Utama Telkomsel Alex J Sinaga di sela Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, di Gedung MPR/DPR-RI di Jakarta, Kamis.
Menurut Alex, kinerja operasional sejak kuartal III 2012 terus menunjukkan tren positif. Disebutkannya, hingga September 2012 terjadi pertambahan pelanggan sebanyak 14,46 juta nomor, tumbuh 43 persen dibanding penambahan pelanggan pada periode yang sama 2011 yang hanya 11 persen.
"Dengan penambahan 14,64 juta tersebut, total pelanggan Telkomsel hingga September 2012 mencapai 121 juta nomor, melonjak 17 persen dibanding September 2011," ujarnya.
Yang menggembirakan diutarakan Alex, dari 121 juta pelanggan tersebut sebanyak 51 juta di antaranya merupakan pelanggan layanan data.
Ditambahkannya, hingga September 2012, pertumbuhan pelanggan signifikan didorong gencarnya pembangunan jaringan yang agresif dengan pertambahan 8.383 BTS baru, di mana hampir separuhnya, yaitu 3.907, merupakan BTS 3G (Node B).
"Selama kuartal III pembangunan Node B meningkat 125 persen dibanding kuartal sebelumnya dengna jumlah 1.357 BTS. Tiap bulan rata-rata selama triwulan tiga ada 1.250 BTS per bulan," tambahnya.
Dengan 51.006 BTS maka Telkomsel menjadi operator dengan jumlah BTS terbesar di Tanah Air, di mana sebanyak 13.416 BTS 3G.
Lebih lanjut diungkapkan Alex, sejak 5 tahun terakhir laba bersih Telkomsel sekitar Rp12,6 triliun.
Kontribusi ke negara berupa pajak, non pajak dan dividen sekitar Rp16 triliun per tahun dalam kurun waktu 7 tahun terakhir, sedangkan kontribusi Telkomsel terhadap pendapatan induk usaha Telkom mencapai sekitar 70 persen.
Sementara itu, Direktur Compliance and Risk Management Telkom Ririek Adriansyah menargetkan pada tahun 2012, bisa menaikkan kontribusi ke negara berupa Pajak, Dividen, Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP), dan sumbangan Universal Service Obligation (USO) dari Rp19 triliun pada 2011 menjadi Rp 21 triliun.