REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Aksi para peretas di dunia maya yang terus terjadi dan semakin menguat di Indonesia belum menyebabkan kerusakan pada situs atau jaringan yang diserang, kata Dirjen Aplikasi Telematika Kementerian Kominfo Hashwin Sasongko di Bandung, Rabu (10/10).
"Serangan peretas di Indonesia jumlahnya cukup besar, namun sejauh ini belum baru pada tahap yang belum destruktif, belum merusak situs atau jaringan yang mengakibatkan kekacauan istem IT di perusahaan atau instansi," kata Hashwin Sasongki pada seminar dan konferensi internasional 'Kewaspadaan Terhadap Potensi Ancaman Keamanan Informasi' di Bandung, Rabu (10/10).
Meski belum ada pengaruh yang signifikan, namun semua pihak harus waspada dan terus melakukan antisipasi untuk menjaga agar sampai peretas tidak sampai menimbulkan 'kekacauan' bagi jaringan TI di Indonesia. Ia menyebutkan, para peretas itu tidak hanya dilakukan pemain lokal di dalam negeri yang jumlahnya cukup besar, namun juga oleh para peretas dari luar negeri.
"Kementerian Kominfo telah melakukan sejumlah langkah salah satunya menjalin kerja sama dengan komunitas untuk menjaga keamanan cyber. Serangan tidak hanya dari dalam tapi juga luar negeri," katanya.
Hashwin menyebutkan, situs pemerintah adalah yang menjadi langganan pelaku hecker. Salah satunya adalah situs milik Kementerian Kominfo dan Kementerian Pertahanan yang sudah beberapa kali menjadi sasaran tembak para peretas. Namun demikian tidak ampai merusak sistem dan jaringan IT di sana.
Ia menyebutkan, ada komunitas di luar negeri yang terang-terangan menghimpun kekuatan peretas untuk membajak situs Kominfo, meski empat kerepotan namun pihaknya akhirnya bisa mengatasi.
"Kegiatan seminar dan diskusi di Bandung ini sangat strategis, dan dihadiri lebih dari 700 insan IT, maksudnya untuk menggalang kekuatan dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman keamanan informasi," katanya.
Konferensi internasional yang menghadirkan pakar IT dari dalam dan luar negeri itu merupakan yang kedua kalinya digelar. Pertemuan pertama juga digelar di Bandung. Tujuannya untuk mengumpulkan komunitas ICT untuk sharing terkait security IT.
Sejumlah pakar menyampaikan makalahnya pada kegiatan itu yakni Prof Marco Gercke (ITU Cyber Security Consultant), Dr Ian Brown (Direktur of Cyber Security Centre Oxford) dan Kim Andersson (UN on E-Goverment Security).
Sedangkan pemicara dari dalam negeri adalah Cahyana Ahmadjayadi (MCIT), Dr Sarwono Sutikno (ITB), Ida Rumondang (BI) yang mengupas tata kelolka informasi. Pada kesempatan itu juga dibahas mengenai perlindungan data pribadi pengguna sistem elektronik yang belakangan masih menjadi topik menarik.