Rabu 10 Oct 2012 06:14 WIB

Nobel Bagi Sang Penjinak Partikel Liar

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Ilmuwan Prancis, Serge Haroche (kiri) dan fisikawan AS, David Wineland (kanan) meraih Nobel Fisika 2012 atas riset mereka dalam partikel quantum, cahaya dan materi.
Foto: REUTERS/AP
Ilmuwan Prancis, Serge Haroche (kiri) dan fisikawan AS, David Wineland (kanan) meraih Nobel Fisika 2012 atas riset mereka dalam partikel quantum, cahaya dan materi.

REPUBLIKA.CO.ID, "Saya menerima telepon berkode area 46, saya pun duduk," begitu komentar pertama Serge Haroche atas prestasinya. Alih-alih girang, ahli quantum optik tersebut memilih duduk tenang saat mendapat kabar penobatannya sebagai peraih nobel di bidang fisika.

Saat itu, Haroche tengah berjalan lenggang bersama istrinya. Pria paruh baya warga Perancis tersebut dalam perjalanan pulang saat tiba-tiba telepon berdering berkode area Swedia. Menebak pasti, Akademi Sains Kerajaan Swedia di Stockholm lah yang menelpon. "Nyata, dan tentu ini sangat menggembirakan," ujar pria berusia 68 tahun tersebut.

Selain Haroche, seorang warga negara AS, David J Wineland juga meraih penghargaan  atas prestasi yang sama. Mereka tidak pernah bekerja secara bersama, namun rupanya otak mereka memiliki ide cemerlang serupa yang luar biasa.

Namun untuk meraih nobel tersebut, kedua fisikawan tersebut perlu menantang mitos para peneliti. Bagaimana tidak? siapa mengira partikel liar yang sulit ditangkap dapat dijinakkan dan dikurung oleh kedua ilmuan tersebut. Ilmuwan lain pun menganggap prestasi mereka merupakan impian terliar dalam fisika ilmiah. Bahkan Wineland pun menganggap hasil kerja kerasnya tersebut sebagai "parlor trick" yang ajaib.

Salah seorang professor fisika di Universitas Surrey Inggris, Jim Al-Khalili terkagum-kagum atas hasil penelitian mereka. Menurut dia, hasil tersebut lahir dari aspek aneh mekanika quantum dengan cara yang luar biasa.

"Dalam dua dekade terakhir, tak pernah ada ide lebih dari fisika ilmiah, yang terbaik hanya sekitar imajinasi liar dari para ahli fisika kuantum.  Namun kali ini Wineland dan Haroche telahberhasil menunjukkan betapa anehnya dunia quantum. Hasil mereka dapat membuka potensi teknologi baru yang tak pernah diimpikan," ujarnya.

Pihak Akademi Sains Kerajaan Swedia menuturkan, Haroche dan Wineland telah berhasil membuka era baru dalam penelitian di dunia fisika kuantum. "Mereka mampu memperlihatkan pengamatan langsung quantum tunggal tanpa menghancurkan. Mungkin komputer quantum akan mengubah kehidupan kita di abad ini dengan cara yang radikal. Sama halnya seperti penemuan komputer klasik di abad lalu," tuturnya.

Menurut keterangan Komite Nobel, Haroche dan Wineland berhasil mengukur dan mengendalikan quantum yang notabene memiliki sifat rapuh, sulit diisolasi dan tak dapat diakses melalui pengamatan langsung. Kedua fisikawan tersebut berhasil menembus benteng sifat misterius tersebut. Alhasil, dengan metode keduanya, memungkinkan mereka untuk memeriksa, mengontrol dan menghitung partikel.

"Melalui metode cerdik, Haroche dan Wineland, bersama dengan kelompok penelitian mereka, telah berhasil mengukur dan mengendalikan kuantum sangat rapuh, yang sebelumnya dianggap tidak dapat diakses untuk pengamatan langsung. Ini sebuah metode baru.

Mereka menggunakan pendekatan berlawanan terhadap masalah yang sama. Wineland menggunakan partikel cahaya atau foton untuk mengukur dan mengendalikan partikel materi elektron. Adapun Haroche menggunakan elektron untuk mengontrol dan mengukur foton.

Atas kerjakeras menciptakan hal mustahil menjadi nyata tersebut, keduanya pun diganjar penghargaan nobel di bidang fisika. Tak hanya sekadar nama yang akan abadi di dunia ilmiah, keduanya pun berhak atas hadiah USD 1,2 juta atau setara dengan Rp 12 miliar.

Saat ini, hasil penelitian fisika quantum tersebut telah dimanfaatkan di universitas tempat kedua peneliti cerdas tersebut melahirkan karya. Wineland dari Harvard University, misalnya, mampu membuat jam paling akurat sejagat raya, yakni dengan menggunakan atom caesium.

Adapun Haroche yang bekerja di Universite Pierre et Marie Curie, memanfaatkan teknik merangkap partikel untuk dasar baru komputer. Jika selama ini dua kode informasi komputer dikirim bergantian, maka dengan komputasi kuantum keduanya dapat dikirim bersamaan. Sehingga pengiriman informasi dapat lebih banyak dan cepat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement