Rabu 03 Oct 2012 18:20 WIB

Ini Dia Penyebab Punahnya Tumbuhan Indonesia

Rep: Fenny Melisa/ Red: Djibril Muhammad
Salah satu tanaman asli Indonesia yang terancam punah
Salah satu tanaman asli Indonesia yang terancam punah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI, Prof. Dr. Bambang Prasetya memaparkan penyebab terancam punahnya 393 jenis tumbuhan Indonesia berdasarkan data yang diungkapkan International Union for Conservation of Nature (IUCN).

"Penyebab kepunahan atau biodiversity lost pada umumnya disebabkan adanya alih fungsi lahan, ekploitasi lahan, pencemaran dan ekosistem baik darat dan perairan, pengaruh tanaman luar yang bersifat invasif, dan penebangan tanaman yang dilindungi, serta perburuan hewan langka," ujar Bambang ketika dihubungi Republika, di Jakarta, Rabu (3/10).

 

Bambang mengatakan, saat ini alih fungsi lahan untuk keperluan perkebunan, pertanian, perumahan dan pembangunan infrastruktur telah terjadi dimana-mana di seluruh tanah air. Belum lagi pencemaran oleh limbah industri baik udara, air, dan darat yang masih sering terjadi serta adanya bencana gunung meletus, tanah lonsor, dan tsunami.

Tidak hanya tumbuhan yang terancam punah, Bambang juga mencontohkan penyebab punahnya biodiversiti lain. "Penggunaan pestisida berlebihan dalam pertanian komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti kentang di pegunungan telah mematikan semua jenis ikan di sungai di bawahnya. Ini terjadi hampir di setiap pertanian kentang di pegunungan," kata Bambang.

Letusan gunung, tutur Bambang, juga mampu memusnahkan biodiversity lokal, dan sayangnya tanaman yang tumbuh adalah tanaman invasif. Begitu juga penambangan yang tidak hanya mengkikis kulit bumi sampai habis tapi turut mengikis biodiversitas tanaman beserta potensi mikroba di dalamnya.

"Hal ini diperburuk pemerintah daerah yang tidak mengontrol ketat bahwa setiap pembangunan perkebunan harus ada upaya konservasi biodiversity yang ada di lahan itu misalnya dipindahkan ke tempat konservasi," ujar Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement