Kamis 09 Aug 2012 21:07 WIB

BPPT Kembangkan Bahan Bakar Bio Hidrogen

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Foto: Antara
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pakar energi fuell cell Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr Eniya Listiani Dewi mengembangkan biohidrogen yang merupakan sumber energi di masa depan, yang berasal dari biomassa seperti limbah singkong dan tebu menjadi energi hidrogen.

"Hidrogen selama ini masih mahal karena kebanyakan berasal dari gas alam sehingga dianggap bukan energi terbarukan," kata Eniya yang menjadi pembicara dalam workshop "Memperkuat Kemandirian Energi Nasional" dalam rangka Hakteknas ke-17, di Gedung Sabuga Bandung, Kamis.

Karena itu ia mencari sumber lain yang berasal dari limbah pertanian (biomassa) dengan metode fermentasi menjadi ekstrak gliserol dan menghasilkan gas hidrogen, di mana proses menjadi hidrogen dilakukan oleh enzim bakteri ADH-45.

"Dari kapasitas reaktor 40 liter dapat dihasilkan 720 liter gas hidrogen per jam dengan kemurnian 99 persen," katanya sambil menambahkan bahwa reaktor buatannya tersebut sudah dipatenkan.

Dengan memanfaatkan biomassa yang melimpah di Indonesia, di masa depan harga hidrogen akan menjadi lebih murah dengan harga Rp90 per liter di mana 1 liter hidrogen mampu menggerakkan motor listrik 1 km, karena saat ini harga hidrogen masih cukup mahal.

Reaktor biohidrogen tersebut nantinya akan disebar di situs-situs yang punya banyak limbah pertanian, namun menurut Eniya, reaktor tersebut masih akan terus disempurnakan sebelum biohidrogen menjadi skala dasar.

"Biohidrogen yang dihasilkan masih terhambat oleh kontinuitas kerja bakteri memakan gliserol yang fluktuatif. Tapi itu ada triknya. Usai bakteri makan, pada jam ke-4 bakteri mulai bereaksi memproduksi hidrogen lalu pada jam ke-12 bakteri berhenti produksi dan kembali lapar," katanya.

Menurut dia permintaan akan energi hidrogen akan terus meningkat karena merupakan energi terbarukan yang ramah lingkungan sebab tidak mengeluarkan emisi karbon, dan di Indonesia pada 2025 diperkirakan akan dibutuhkan energi hidrogen sebesar 250 MW atau 3,6 juta m3 per hari.

Eniya yang meraih anugerah Habibie Award 2010 itu sebelumnya telah memiliki beberapa paten antara lain terkait membran fuel cell yang menggunakan nanopartikel dan telah membuat motor fuel cell berbahan bakar hidrogen.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement