Ahad 15 Jul 2012 02:30 WIB

Yuk Berkunjung ke Bulan

Rep: rahmad budi harto/ Red: M Irwan Ariefyanto
Gambaran kawah Shackleton, kawah gelap dengan diameter 21 kilometer (12,5 mil) di kutub selatan Bulan.
Foto: www.nasa.gov
Gambaran kawah Shackleton, kawah gelap dengan diameter 21 kilometer (12,5 mil) di kutub selatan Bulan.

REPUBLIKA.CO.ID,

Bulan selalu menjadi objek obsesi banyak orang. Pujangga men jalin untaian syair untuk memuji nya, para asmarawan memin tanya menyampaikan cinta kepada sang kekasih, dan Frank Sinatra pun melantunkan lagu pergi ke Bulan agar bisa ber ayun-ayun di antara bintang bintang. Namun, hanya para miliuner yang bisa merealisasi kan kerinduan itu dengan merogoh kocek dalam-dalam.

Ya, itulah yang ditawarkan oleh perusahaan riset antariksa Inggris Excalibur Almaz kepada penduduk Bumi yang ingin pergi ke Bulan mulai 2015. Mereka bakal memakai wahana antariksa peninggalan era Uni Sovyet untuk melakukan penerbangan rutin ke Bulan.

Sampai saat ini, dari tujuh miliar manusia di Bumi, hanya 24 orang yang pernah merasakan sendiri pergi ke Bulan. Semuanya adalah astronot-astronot Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) yang terpilih. Terakhir kali manusia menginjakkan kaki (baca: sepatu astronotnya) ke Bulan adalah 40 tahun lampau. Sejak itu, misi ke Bulan tak lagi dianggap penting oleh NASA.

CEO Excalibur Almaz Art Dula menolak anggapan bahwa perusahaannya ikut dalam tren turisme antariksa yang sedang digarap oleh beberapa perusahaan antariksa di Amerika, se perti Virgin Galactic atau SpaceX. Virgin Galactic dan SpaceX menawarkan perjalanan ke antariksa hanya sampai ketinggian suborbital yang biayanya jauh lebih murah, hanya orde ratusan ribu sampai jutaan dolar AS.

Excalibur lebih menyasar pada orang-orang superkaya dunia yang rela merogoh koceknya antara 100-150 juta dolar AS untuk bisa merasakan liburan paling fantastis yang pernah ada itu. Sementara, ada 520 astronot dunia—termasuk turis antariksa yang terbang de ngan roket Rusia—perjalanannya mentok sampai pener bang an mengorbit Bumi saja. ‘’Klien kami bukanlah turis. Mereka lebih merupakan anggota ekspedisi privat yang melakukan perjalanan ke antariksa jauh melebihi yang pernah dilakukan orang lain sebelumnya,’’ kata Dula seperti dikutip Wall Street Journal, pekan lalu.

Dula membandingkannya dengan penjelajahan yang dilakukan para pelaut kolonial Eropa di abad ke-16 untuk me ne mukan dunia baru di belahan Amerika, Afrika, dan Asia Timur yang akhirnya membuat makmur Eropa. Karena itu, misi ini bukanlah untuk para miliuner yang lemah mental dan fisik. Sebelum bisa pergi ke Bulan, para calon ‘penjelajah antariksa’ ini harus menjalani pelatihan selama enam bulan.

Riset pasar yang dilakukan konsultan manajemen Fultron untuk Excalibur menunjukkan bahwa dalam 10 tahun mendatang sedikitnya bakal ada 29 tiket pergi ke Bulan yang bisa dijual seharga 100-150 juta dolar AS. Itu perkiraan paling kon servatif. Dula yakin 50 per sen investasi mereka bakal balik hanya dalam waktu tiga tahun.

‘’Kami akan melakukannya dan biarkan pasar yang menilai. Kami bisa mewujudkan lebih cepat dan lebih murah diban dingkan sistem nasional (program antariksa negara—Red). Ini tak bakal lagi seperti masa lalu yang hanya ada program antariksa nasional,’’ kata Dula dalam konferensi turisme antariksa ketiga di Royal Aeronautical Society, London, 19 Juni lalu. Sebagai perbandingan, misi Apollo 11 pada 1969 untuk mengirimkan tiga astronot pertama ke Bulan menghabiskan biaya 355 juta dolar AS atau nilai uang saat ini mencapai 1,75 miliar dolar AS

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement