REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR--Sebagian besar generasi muda di Bali cenderung hanya berani lebih kritis menyampaikan kritikan terhadap isu sosial yang berkembang melalui dunia maya.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Udayana Ni Made Ras Amanda mengatakan hal itu saat menanggapi hasil survei pengguna internet di Pulau Dewata yang dilakukan oleh Sloka Institute, di Denpasar, Kamis.
"Dari hasil survei tersebut ada hal yang menarik, yakni tentang tumbuhnya generasi baru di Bali melek interne dan kritis terhadap isu aktual namun mereka cenderung apatis," katanya.
Dia menjelaskan, generasi baru yang mayoritas berumur muda itu hanya menyampaikan kritik di dunia maya tapi tidak ada tindakan nyata.
Menurut Amanda, penyebabnya ada beberapa hal sehingga mereka memilih berbicara di dunia maya saja melalui akun jejaring sosial, seperti facebook atau twitter. "Kemungkinan mereka itu sudah tidak percaya lagi dengan sistem yang ada atau memang benar-benar sudah apatis," ucapnya menandaskan.
Amanda mengatakan, hal itu menunjukkan jika generasi baru tersebut memiliki rasa keengganan untuk berpartisipasi aktif karena mereka sebagian besar umurnya masih muda.
Selain hal tersebut, tambah dia, ada lain yang menjadi sorotan dirinya, yakni para pengguna internet itu didominasi kaum muda.
Hal itu dapat dibuktikan dengan rata-rata pengeluaran pengguna internet dalam melakukan akses tersebut yakni sebesar Rp 100ribu.
Pengguna dengan pengeluaran sebesar itu sebanyak 48,7 persen dari jumlah responden survei seluruhnya sebanyak 401 orang.