REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Sangkot Marzuki, menyatakan bahwa ganjalan terbesar penelitian di Indonesia adalah masalah dana.
"Jumlah dana yang diterima untuk penelitian sangatlah kecil dan ditambah parah dengan pengelolaan yang sangat buruk," ujar Sangkot usai jumpa pers mengenai kedatangan penerima Nobel, Harold Varmus, di FKUI-RSCM, Jakarta, Senin (9/7).
Menurut dia, dana riset selama ini masih dikelola seperti dana-dana lain yang digelontorkan APBN, sementara Sangkot berpendapat dana untuk riset tidak bisa dikelola dengan cara itu.
"Dana lain membutuhkan laporan secara intensif dan berkala, sementara riset dan penelitian tidak bisa memberikan laporan secara berkala karena semua tergantung dengan hasil riset dan perkembangan penelitian yang sedang dilakukan," kata Sangkot.
Hal tersebut yang menurut Sangkot membuat dana yang digelontorkan pemerintah untuk penelitian menjadi sangat terbatas.
"Pemerintah tahu persis apa yang sebenarnya terjadi, tapi masalahnya sangat kompleks dan ini menjadi kendala yang harus di atasi," kata dia.
Sangkot juga berharap bahwa ada perubahan regulasi yang memungkinkan peneliti untuk bekerja dengan fleksibel dan adanya kompetisi yang menyangkut dana penelitian.
"Bila ada kompetisi penelitian, maka penelitian yang unggul akan terlihat dan itulah yang akan mendapat dana yang lebih banyak," ujarnya.