Selasa 26 Jun 2012 19:19 WIB

Layanan 4G akan Hadir Lebih Cepat?

LTE 4G
LTE 4G

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Implementasi layanan seluler generasi ke-4 (4G) yang mengusung teknologi Long Term Evolution (LTE) diperkirakan lebih cepat dari target pemerintah, karena tingginya kebutuhan akses "mobile broadband" di masyarakat.

"Meski Kemenkominfo memperkirakan komersialisasi 4G baru dua tahun mendatang, namun bisa saja hadir lebih awal karena memang akses data berkecapatan tinggi sangat dibutuhkan," kata penggagas IndoLTE Forum Heru Sutadi, di Jakarta, Selasa.

Menurut Heru, LTE dipastikan akan cepat diadopsi begitu ekosistemnya terbentuk, dan pemerintah menetapkan regulasi frekuensi dan standardisasi untuk jaringannya.

"Saat ini kondisi jaringan eksisting yaitu 3G mulai "megap-megap" karena kekurangan kapasitas untuk menghadapi lonjakan trafik data," tegas Heru.

Ia menjelaskan, inisiatif pemerintah untuk mengatasi kebutuhan lonjakan mobile data tersebut saat ini dilakukan dengan melelang blok 3G yang tersisa di frekuensi 2,1 GHz pada kanal 11-12.

"Alokasi kanal melalui opsi "beauty contest" tersebut bersifat jangka pendek. Namun dalam jangka panjang adalah dibutuhkannya frekuensi baru untuk implementasi 4G, sehingga operator telekomunikasi dapat dengan leluasa untuk mengembangkan layanan datanya," ujar Heru.

Ia mencatat, saat ini kapasitas trafik data terutama pada operator besar seperti Telkomsel, XL dan Insosat sudah mencapai 90 persen, sehingga perlu ada tambahan kanal.

"Lonjakan trafik terus bertambah meski ditambah dua blok lagi di 3G. Begitu dibuka dua jalur lagi, itu hanya untuk kebutuhan sesaat. Perlu akses baru lagi untuk mengatasinya, dan jawabannya ada di LTE," kata Heru.

Diketahui, saat ini pita frekuensi untuk jalur LTE belum ditentukan, namun terdapat banyak opsi yaitu menggunakan pita 700 MHz, 900 MHz, 1.800 MHz, 2,1 GHz, 2,3 GHz, dan 2,5 GHz. Meski begitu diutarakan Heru, tidak semua dari frekuensi tersebut dapat digunakan karena sudah ada yang menduduki.

Frekuensi 700 MHz misalnya, masih digunakan oleh siaran televisi terrestrial free-to-air, 900 MHz dan 1.800 MHz masih digunakan untuk seluler 2G, 2,1 GHz digunakan untuk seluler 3G, dan 2,5 GHz dipakai untuk satelit siaran televisi berbayar Indovision. "Hanya 2,3 GHz yang masih tersedia. Dari lebar 60 MHz sudah terpakai 30 MHz untuk Wimax, sehingga sisanya masih bisa dimanfaatkan," ujarnya.

Namun ia berpendapat penggunaan 2,3 GHz belum optimal karena mayoritas operator LTE di dunia banyak yang menggunakan 700 MHz. "Sementara pada frekuensi 700 MHz ini baru akan tersedia pada tahun 2018, semua migrasi ke dari analog ke teknologi televisi digital selesai," kata Heru.

Sedangkan frekuensi 900 MHz dan 1.800 MHz, meski bisa direfarming (ditata ulang), namun belum tentu mencukupi kebutuhan untuk menerapkan layanan LTE.

"Kepemilikan kanal operator saat ini sangat bervariasi, ada yang hanya 7,5 MHz, ada pula yang 12,5 MHz. Sementara LTE butuh minimal 15 MHz dan optimalnya 20 MHz," ujarnya.

Bisa saja operator 3G yang bakal mendapat tambahan kanal dari hasil lelang 11-12 melakukan refarming ke LTE, namun akan lebih mudah untuk mengadopsi frekuensi baru yang masih kosong.

Untuk itulah, tambah Heru, perlu masukan dan diskusi semua pihak dalam satu ekosistem melalui Forum IndoLTE. "Komunitas dalam forum IndoLTE yang bisa terdiri atas regulator, operator, vendor jaringan, vendor perangkat komunikasi, akademisi, dan konsumen nantinya bisa memberikan masukan kepada pemerintah, agar di kemudian hari penerapan LTE lebih maksimal dan berdampak positif bagi semua pihak," ujarnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement