REPUBLIKA.CO.ID, Inilah fakta konyol mengenai sistem paten di Amerika Serikat. Jauh sebelum Microsoft mengumumkan, bahwa piranti lunak open source melakukan pelanggaran kolektif terhadap 235 patennya, Linux saja sudah menggunakan 42 diantaranya.
Siapa yang paling dulu lahir? Tentu saja Linux. Masalahnya Linux, sebagai sistem operasi (OS) terbuka tidak mematenkan ide-idenya. Saat menciptakan pertama kali piranti lunak yang digunakan dalam OS, Linux belum bisa dibilang melanggar paten apa pun, namun begitu Microsoft mematenkan algoritma software--yang dianggap temuannya--, kontan Linux berstatus menjadi pelanggar paten.
Kasus terkini melibatkan Facebook sebagai tergugat saat sedang mendekati ulang tahunnya ke-8. Awal Maret lalu, setelah mengumumkan akan berencana go publik lewat penawaran saham pertama (IPO), raksasa jejaring sosial itu dihantam oleh gugatan paten,.
Luar biasanya, gugatan itu datang dari Yahoo, salah satu nama besar di dunia maya. Saat itu dibawah CEO yang baru menjabat empat bulan, Scott Thompson--yang kemudian turun karena skandal ijazah--, Yahoo menginginkan keuntungan dari manfaat yang--seolah-olah hanya--diperoleh Facebook.
Tidak mengherankan Facebook ialah perusahaan yang kini lebih besar dari Yahoo dan terus tumbuh cepat dengan raihan profit masif. Sementar yang dimiliki Yahoo hanyalah usia, tentu saja dengan portofolio berderet koleksi paten yang diciptakan selama ia ada.
Yahoo mengklaim Facebook telah melanggar 10 patennya, termasuk nomor yang terkait prosedur iklan di web. Facebook tentu saja dibuat bingung dengan gugatan itu. Namun sepertinya Yahoo luput mengkalkulasi, perusahaan yang ia gugat juga sekelas raksasa bahkan lebih berotot.
Tim Mark Zuckerberg membuat persiapan cepat dengan membeli 750 paten dari IBM. Siapa lebih tua dan lebih dulu mengajukan paten dialah yang menang. Sementara orang tahu, IBM jauh lebih tua dari Yahoo. Portofolia paten itu jelas berguna untuk menggugat balik Yahoo jika kasus bergulir ke pengadilan, atau paling tidak sebagai cara menekan kesepakatan damai.
Kasus itu memunculkan kemarahan di Silicon Valley. "Lihat apa yang mereka gugat atas Facebook. Padahal hampir semua media sosial menggunakan itu," seorang wartawan yang kini menjadi pengusaha teknologi, MG Siegler. "Item itu sudah sangat jelas, hal-hal yang sudah ada sebelum Yahoo mematenkan.
Mmenurut mantan CEO Mozilla, John Lily, yang kini juga menjadi pengusaha dan pemodal perusahaan teknologi, perusahaan sekelas Apple hingga Amazon pun lama terkenal sebagai tukang gugat para pesaingnya selam bertahun-tahun.
Bedanya dengan ulah Yahoo saat ini, perusahaan mesin pencarian itu tak lagi dibilang inovatif. Bagi sebagian besar perusahaan, ketika mulai digugat rival, itu sekaligus penanda bahwa mereka telah sampai di level di mana perusahaan kakap berada. Artinya mereka pesaing seimbang, sehingga harus dipatahkan lewat gugatan paten.
Facebook tak perlu dipertanyakan lagi. Gugatan itu menunjukkan jelas mana perusahaan yang sedang moncer. Perusahaan yang lebih kuat biasanya jarang menggugat yang kecil, karena mereka tidak butuh.
Tapi aksioma itu tak selamanya berlaku. Apple misal, terkenal getol menggugat sejumlah pengembang software dan perusahaan kecil yang membuat produk-produk berbasis Android Google untuk dijual ke Android Market, terutama HTC, Samsung dan Motorola.
Gugatan Apple pun tak cuma dilayangkan ke pengadilan AS. Tim hukum perusahaan itu sangat rajin memasukan berkas ke Eropa bahkan Australia. Langkah itu tak lepas dari perang yang diinspirasi Steve Jobs untuk menghadang pertumbuhan Android, karena ia memandang Google mencuri gagasan milik iPhone.
Steve Jobs bersumpah untuk "menghancurkan Android" dalam kemarahannya atas apa yang ia lihat sebagai salinan langsung dari ide Apple dalam peluncuran ponsel Android pada awal 2010. Seperti diulas Walter Isaacson, penulis biografi resmi Jobs, pendiri Apple ini murka ketika HTC Taiwan memperkenalkan ponsel Android dengan banyak fitur populer, mirip iPhone.
“Saya akan menghabiskan napas terakhir saya mati jika saya perlu, dan saya akan menghabiskan setiap sen dari kekayaan Apple 40 miliar dolar AS di bank, untuk menuntut hak Apple," kata Jobs, seperti ditulis Isaacson. "Aku akan menghancurkan Android, karena itu produk curian dan aku bersedia untuk perang termonuklir ini."
Hingga Jobs berpulang, gugatan masih belum terselesaikan; HTC yang dituding melakukan pelanggaran 20 paten milik Apple, melancarkan gugatan balik. Pada bulan Juli, Komisi Perdagangan Internasional AS memutuskan bahwa HTC telah melanggar salah satu hak paten Apple dan bahwa ini bisa berarti bahwa larangan impor AS mungkin berlaku. HTC telah mengajukan banding atas keputusan tersebut.
Namun barangkali yang paling sengit adalah pertikaian antara Apple dan Samsung, hingga aksi gugat-menggugat keduanya disebut “The Great Patent War 2011“. Namun, setelah melayangkan gugatan hukum pertama kali dua tahun lalu, Apple hanya memenangkan sedikit di beberapa wilayah.
Meski perusahaan itu sukses menghadang penjualan tablet Galaxy Tab milik Samsung di Australia dan Jerman, efek lebih besar muncul di luar dugaan. Nama produk itu justru lebih dikenal karena liputan media dan ujung-ujungnya meningkatkan permintaan. Tentu itu bukanlah hasil akhir yang diharapkan Apple.
Teknologi-teknologi kakap lama telah memulai praktek tak sedap seputar paten, bukan bermaksud membangun apa pun melainkan mempertahankan diri. Jika sebuah perusahaan memiliki koleksi paten cukup besar, mereka intinya bisa berkata kepada dunia, "JIka anda mencoba menggugat saya dengan patenmu, saya akan gugat balik dengan milik saya."
Ini mirip konsep perang nuklir, yakni memastikan kedua belah pihak sama-sama menanggung kerusakan dan hancur. Namun alih-alih menggunakan rudal berhulu ledak nuklir, senjata yang digunakan ialah serangkaian nomor paten.