Rabu 06 Jun 2012 02:07 WIB

Fenomena Awan Terbelah, Komentar BMKG?

Fenomena Awan Terbelah
Foto: http://hadiyanta.wordpress.com
Fenomena Awan Terbelah

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta menegaskan fenomena munculnya awan yang berbentuk seolah-olah terbelah tidak ada hubungannya dengan munculnya bencana alam lain.

"Memang muncul awan yang unik di luar kebiasaan. Tetapi, hal itu tidak ada kaitannya dengan munculnya bencana alam lain," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tony Agus Wijaya.

Oleh karena itu, lanjut Tony, masyarakat tidak perlu khawatir apabila sewaktu-waktu muncul fenomena awan berbentuk unik di luar kebiasaan.

Menurut Tony, fenomena munculnya awan dengan bentuk unik tersebut dapat disebabkan oleh dua aspek, yaitu awan "cirrus" yang berada di ketinggian 3.000 meter. Awan tersebut mengandung kristal-kristal es.

Sedangkan kemungkinan lain yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut adalah adanya pesawat yang melewati daerah berawan.

"Interaksi antara mesin pesawat yang bersuhu panas dengan awan yang bersuhu dingin menyebabkan terbentuknya awan unik itu," lanjutnya.

Mengenai gerhana bulan yang terjadi pada Senin malam (4/6) dan gempa bumi di Sukabumi pada Senin (4/6), lanjut dia, juga tidak berhubungan dengan munculnya fenomena awan vertikal yang terlihat di Padang. "Kejadian-kejadian tersebut tidak saling berhubungan. Hanya kebetulan saja terjadi berurutan," tuturnya.

Tony mengatakan, wilayah DIY bagian selatan, adalah wilayah yang berpotensi gempa bumi karena merupakan daerah pertemuan dua lempeng tektonik.

Sementara itu, dampak dari gerhana bulan adalah adanya gaya tarik maksimal terhadap air laut, sehingga terjadi pasang paling tinggi. "Gerhana bulan juga sama sekali tidak berhubungan dengan gelombang laut. Tingginya gelombang laut disebabkan oleh embusan angin," ujarnya, menjelaskan.

Selama satu pekan ini, lanjut dia, tinggi gelombang air laut di selatan DIY adalah sekitar 1,5 meter hingga 2,5 meter karena terkena dampak tekanan udara rendah di sekitar Australia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement