Selasa 05 Jun 2012 09:13 WIB

Iklim Memanas, Negara dengan Pembangkit Nuklir Kian Bermasalah

Reaktor Nuklir Nebraska, Amerika Serikat
Foto: Reuters
Reaktor Nuklir Nebraska, Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, TENNESSE - Perubahan iklim oleh pemanasan  air dan pengurangan debit arus sungai, menyebabkan kerugian produksi di beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir dan batu bara di Amerika Serikat dan Eropa  beberapa tahun terakhir. Kondisi itu, menurut laporan penelitian, bisa menyebabkan gangguan daya lebih di masa depan.

Pembangkit Nuklir Browns Ferry di Alabama, misalnya, harus mematikan pembangkit lebih dari satu kali pada musim panas lalu. Alasannya air Sungai Tennessee terlalu hangat untuk digunakan sebagai pendinginan.

Kondisi itu berisiko menyebabkan penurunan daya secara ekstrem akibat penghentian sementara atau total. Menurut studi yang diterbikan pekan ini di Natural Climate Change, pada 2050 diprediksi pembangkit nuklir akan dimatikan hingga tiga kali lipat lebih sering.

"Studi ini menunjukkan bahwa ketergantungan kita pada pendingin termal adalah sesuatu yang perlu kita tengok lagi," kata penulis utama Dennis Lettenmaier, guru besar teknik sipil dan lingkungan dari University of Washington.

Menurut proyeksi peneliti, listrik dari pembangkit termoelektrik, yang menyediakan lebih dari 90% listrik di AS dan tiga perempat di Eropa, akan menurun 4% menjadi 16% di AS dan 6% menjadi 19% di Eropa pada rentang 2031 dan 2060 nanti. Penurunan diakibatkan kekurangan sumber air sebagai pendingin.

Masalahnya mesin pembangkit ini menggunakan bahan bakar nuklir atau fosil untuk memanaskan air menjadi uap yang mengubah turbin. Sementara, ketika air berjumlah besar ini "didaur ulang," reaktor nuklir tetap membutuhkan volume air tetap konstan pada suhu tertentu demi mencegah turbin kelewat panas.

"Sskenario terburuk bisa terjadi di kawasan Tenggara di mana gelombang panas melanda. Saat itu Anda perlu kekuatan untuk mengondisikan suhu udara," kata Lettenmaier. "Jika Anda memiliki kebutuhan daya sangat tinggi, sementara suhu sungai terlalu tinggi, maka mau tak mau Anda perlu mematikan pembangkit listrik. Bila itu terjadi, ada masalah besar."

Pengosongan air pada saat suhu sedang tinggi, menurut penelitian itu juga menyebabkan masalah lain. "Keprihatinan lain yang berkembang adalah dampak lingkungan akibat suhu air meningkat di  ekosistem sungai. Situasi itu mempengaruhi, misalnya, siklus kehidupan organisme air," kata Michelle van Vliet, penulis utama penelitian sekaligus mahasiswa doktoral di Universitas Wageningen dan Research Centre di Belanda.

Berdasar proyeksi ity, penulis menyarankan strategi adaptasi jangka panjang termasuk menempatkan tanaman baru di dekat air asin, sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada sumber air tawar, atau beralih ke bahan bakar alternati gas.

sumber : USA Today
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement