Kamis 26 Apr 2012 09:01 WIB

Kisah Hacktivist dan Pejuang HAM Mengempur 'Tembok' Cina

Memperjuangan demokrasi dan keadilan HAM, salah satu tujuan Hacktivisme (ilustrasi)
Foto: egyptday1.blogspot.com
Memperjuangan demokrasi dan keadilan HAM, salah satu tujuan Hacktivisme (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu kegiatan hacktivisme untuk HAM yang dikenal ialah gerakan Yellow Page di Cina pada 1998. Saat itu pemimpin tertutup sebuah grup peretas Cina mengklaim telah membuat lumpuh satelit Cina untuk beberapa saat.

Si pemimpin yang menyebut dirinya Blondie Wong, mengatakan demi memperjuangkan kebebasan dari penindasan HAM di Cina, sebuah grp dibentuk beranggotakan para peretas Cina yang tersebar di AS, Kanada dan Eropa. Wong yang tinggal di Toronto memastikan Yellow Page akan menyerang perusahaan yang berbisnis di Cina

Wong terlihat tak peduli dengan kerusakan atau kerugianuang dari serangan Yellow Pages terhadap jaringan komputer para perusahaan tersebut. Saat itu berujar HAM ialah perkara internasional sehingga ia tak ambil pusing dengan bisnis yang mendapat untung dari penderitaan rakyatnya.

Sebagai pimpinan Hong Kong Blondes sekaligus, Wong juga bertanggung jawab untuk terhadap ancaman. Anggota yang beroperasi baik di dalam maupun luar Cina, Hong Kong Blondes mengklaim menemukan lubang keamanan dalam jaringan komputer Cina, terutama di sistem komunikasi satelit.

Begitu berhasil melumpuhkan sistem tersebut, Hong Kong Blondes dan Yellow Page mengklaim mengumumkan serangan itu kepada pemerintah Beijing. Insiden itu sendiri tak pernah dikonfirmasi oleh pemerintah Cina.

Sejak saat itu kelompok tadi selalu mengancam untuk melumpuhkan jaringan keamanan dan militer Cina bila isu HAM dinilai mulai mencapai titik kritis.



Sejumlah anggota cDc bahkan mulai memberi saran kepada Blondes bagaimana melakukan enkripsi kuat dan gangguan jaringan jitu. Saran itu diberikan dalam konferensi peretas tahunan Beyond Hope, di New York.

Wong sempat menuturkan bagaimana ia melihat ayahnya dirajam dengan batu hingga meninggal oleh Tentara Merah Cina pada Revolusi Kebudayaan. Satu dekade selama 1960 hingga 1970-an dikenal sebagai periode kekacauan politik Cina.

Beberapa tahun kemudian sebagai mahasiswa di sebuah universitas di Inggris, ketika ia belajar untuk menjadi guru, Wong tak kuasa menyaksikan gambar-gambar pembantaian di Lapangan Tiananmen yang ditayangkan televisi. “Ketika tank-tank itu meluncur di lapangan dan mulai menembaki serta menggilas orang-orang, saya seperti bocah kecil lagi, menyaksikan ayah saya dibunuh,” tuturnya.

Kini Wong mengklaim bahwa anggota Hong Kong Blondes telah berlipat ganda. Mereka beroperasi di dalam Cina atau di negara-negara lain. Banyak dari anggota baru ialah pegawai pemerintah Cina yang ia sebut ‘tenaga teknis’.

Blondie ingin siapa pun setuju dengan strategi penyerangan terhadap perusahaan Amerika yang berbisnis di Cina. Bahwa perusahaan AS terlibat dalam proses penindasan HAM di negaranya. Sun Microsystems, Lucent, Motorola, Yahoo, Microsoft, dan Excite ialah sejumlah nama beken perusaaan AS yang aktif di Cina dan kerap menjadi sasaran.

Menurut pengamat, Hong Kong Blondies memiliki alasan untuk meretas apa pun. Si pemimpinnya pun dipandang sebagai seorang yang mampu menyegel rapat-rapat mulutnya bila menyoal rencana meretas. Paling tidak menurut cDc, aktivitas mereka memiliki kemiripan dengan manifesto yang tertuang dalam inti hactivisme. “Pergi keluar sana lakukan dan menjadi diri sendiri. Beranilah.”

sumber : Wired
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement