REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dan Telkomsigma memperkenalkan solusi teknologi informasi (TI) bagi pelaku bisnis ekspedisi dan "forwarding" di Indonesia.
"Melalui solusi berbasis TI diharapkan seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan bisnis strategis dapat dilakukan lebih cepat," kata Direktur Utama Telkomsigma, Rizkan Chandra, dalam siaran pers di Jakarta, Rabu.
Rizkan menjelaskan bahwa TI kini sudah berfungsi sebagai senjata ampuh untuk meningkatkan profit perusahaan sehingga teknologi yang dulu hanya sebagai sistem pendukung, kini sudah menjadi bagian yang tidak dapat lepas dari bisnis inti perusahaan.
Solusi yang ditawarkan untuk bisnis ekspedisi dan forwarding tersebut berupa teknologi GPS (Global Positioning System) dan layanan TelkomCLoud.
Ditambahkan Rizkan, untuk dapat bersaing dalam industri dituntut kecepatan dalam mengakomodasi antara penawaran dan permintaan yang dikaitkan dengan dinamika pasar.
Dinamika pasar seperti itu, menurut dia, harus disikapi oleh industri ekspedisi dan forwarder secara tepat karena industri ekspedisi dan forwarder memiliki peran penting dalam proses distribusi barang dan jasa.
"Tanpa proses distribusi yang tepat, bisnis utama tidak dapat berjalan dengan lancar. Jika barang atau jasa sampai dengan kondisi yang buruk, jumlah yang salah dan waktu yang terlambat tentu akan merugikan perusahaan," katanya.
Lebih lanjut dijelaskan Rizkan, solusi TI yang terintegrasi dengan TelkomCloud dapat menjadi pilihan bagi persuahaan industri forwarding dan ekspedisi karena tanpa biaya yang tinggi perusahaan dapat meningkatkan jasa kepada pelanggan.
"Kebutuhan berbagai komponen TI, seperti piranti lunak dan keras, jaringan dan infrastruktur data center dapat terpenuhi melalui solusi TelkomCloud," katanya.
TelkomCloud memberikan solusi berbasis "cloud computing" terdiri dari SaaS (Software as a Services) dan IaaS (Infrastructure as a Services).
Sejak diluncurkan pertengahan 2011 ini, TelkomCloud berkembang dengan modul dan layanan sesuai dengan kebutuhan industri yang ada di Indonesia.
Dengan biaya investasi yang sangat minimal atau tanpa memberlukan belanja modal (capex) yang terlalu besar perusahaan dapat mengimplementasikan TI dengan hanya membayarkan biaya operasional (opex) terhadap penggunaan berbagai komponen TI tersebut.
Dengan begitu, tambah Rizkan, perusahaan tidak lagi perlu dipusingkan masalah TI yang rumit, tanpa harus khawatir dengan kesesuaian dengan regulasi pemerintah dan tidak perlu cemas dengan masalah koneksi jaringan.
"Dengan demikian, perusahaan akan fokus dalam pengembangan bisnis, meningkatkan revenue, dan meningkatkan efisiensi, serta kinerja perusahaan," katanya menegaskan.