Kamis 12 Apr 2012 19:52 WIB

Kurang Diminati, Sebagian Besar Biodiesel Diekspor

Rep: Adi Wicaksono/ Red: Taufik Rachman
Seorang petugas menjelaskan proses produksi biodiesel dari tanaman jarak.
Foto: Antara
Seorang petugas menjelaskan proses produksi biodiesel dari tanaman jarak.

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR -- Indonesia telah mampu memproduksi bahan bakar terbarukan dalam jumlah cukup besar. Hanya saja, dikarenakan oleh sejumlah kendala, pemasarannya lebih banyak untuk komoditi ekspor daripada konsumsi dalam negeri.

Direktur Bioenergi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Maritje Hutapea mengatakan, saat ini Indonesia telah mampu memproduksi biodiesel dari bahan-bahan terbarukan sebanyak 3,4 juta kilo liter per tahun.

Namun, baru 360 ribu kilo liter saja yang mampu diserap untuk konsumsi dalam negeri. "Sebagian besar masih diekspor," kata dia dalam workshop "Sustainability Indicators Assessment for Pal Oil Biodiesel" di Bogor, Kamis (12/4).

Ia menjelaskan, biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar diesel dari minyak bumi. Biodiesel berasal dari bahan-bahan terbarukan seperti minyak-minyak tumbuhan. "Bisa dari kelapa sawit, kedelai, biji bunga matahari, dan sebagainya," ujarnya.

Salah satu kendala kurangnya penyerapan biodiesel dalam negeri, lanjutnya, karena harga yang kurang bersaing. Untuk mengatasinya, Kementrian ESDM sebenarnya sudah menggelontorkan subsidi senilai Rp 3.000 untuk bioetanol dan Rp 3.500 untuk biosolar per liter. "Jika tidak, harganya tidak kompetitif karena BBM masih disubsidi sehingga harganya murah," ungkap Maritje.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement