REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih mengkaji perusahaan negara yang bakal membeli PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI). Hingga kini, kementrian tersebut belum mau menuturkan BUMN mana yang sudah mengajukan tawaran akuisisi telekomunikasi ini.
“Masih terus kita bahas,” kata Deputi Kementrian BUMN Industri Strategis dan Manufaktur (ISM) Kementrian BUMN Dwijanti Tjahjaningsih, Kamis (12/4). Menurutnya bisa saja PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) menjadi pembeli perusahaan yang berpusat di Bandung, Jawa Barat ini.
Sebelumnya Direktur Utama INTI Irfan Setiaputra mengaku INTI bakal melepas saham sebesar 49 persen. Kemungkinan besar, saham bakal dilepas ke perusahaan BUMN sejenis seperti Telkom.
Meski demikian, ia tak menutup kemungkinan saham INTI bisa saja dibeli perusahaan BUMN lainnya. Mulai dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Perusahaan Gas Negara (PGN) atau PT Len Industri (LEN).
Ia menuturkan pihaknya menginginkan INTI dibeli BUMN yang memiliki rencana bisnis pasti. “Prinsipnya mitra strategic adalah mereka yang punya keinginan serupa untuk membangkitkan kembali industri manufaktur telekomunikasi Indonesia,'' jelasnya.
Walaupun dijual ke sesame BUMN, status INTI masih tetap BUMN. Meski saham INTI dilepas 49 persen, tapi saham mayoritas masih dimiliki pemerintah sebesar 51 persen.
INTI direncanakan untuk diprivatisi dengan cara dibeli oleh BUM lain. Hal ini sudah menjadi keputusan Komite Privatisasi dan rekomendasi Kementrian Keuangan nomor 6 tahun 2012.
Privatisasi dilakukan untuk meningkatkan manfaat INTI pada internal perusahaan dan negara. Perusahaan bisa meningkatkan modal, meningkatkan nilai tambah, meningkatkan daya saing, transpasrasi dan mempercepat pengembangan kompetensi.
Penjualan saham diperkirakan akan mencapai Rp 332,5 miliar. Sebesar Rp 220 miliar bakal didistribusikan untuk bidang telekomunikasi sedangkan sisanya Rp 86 miliar untuk non telekomunikasi dan Rp 26,5 miliar untuk produk konsumer.
Di 2011 lalu, INTI mencatatkan laba bersih Rp 10,43 miliar atau naik sekitar Rp 200 persen, dari tahun 2010 sebesar Rp 4,59 miliar. Di 2012 ini, INTI menargetkan laba bersih sebesar Rp 38,3 miliar.