Senin 09 Apr 2012 08:01 WIB

Anonymous (2): Meretas adalah Misi Hacktivisme

Anggota Anonymous protes dengan pembatasan kebebasan berinternet
Foto: Sky News
Anggota Anonymous protes dengan pembatasan kebebasan berinternet

REPUBLIKA.CO.ID, Memasuki akhir 2010 ketika pendiri Wikileaks, Julian Assange, ditangkap, Anonymous mulai lebih serius melakukan serangan . Sebelum itu tipe aksi mereka dipandang iseng-iseng ala prankster dengan ulah kejahatan sekadar menyebalkan.

Kini ada misi ketika Anonymous melakukan operasi, terlepas dari benar atau salah. Skala operasi mereka pun tak tanggung-tanggung dan grup itu kerap terlibat di isu tingkat internasional.

Salah satu serbuan ikonik ialah ketika Anonymous berhasil meretas situs MasterCard, Visa dan Amazon. Serangan dengan  moto Operation Payback, Avange Assange (Operasi Pembalasan Assange) itu dilakukan karena fasilitas keuangan dan situs tadi bekerjasama dengan aparat dan Pemerintah Amerika Serikat, menolak pembayaran dan sumbangan bagi Wikileaks.

Aktivis hak asasi manusia juga mengecam langkah MasterCard dkk yang bahkan membekukan dana yang masuk untuk Wikileaks. Sikap institusi keuangan itu dinilai melanggar hak-hak konsumen. Saking gusarnya, pada 7 Desember 2010, seorang aktivis, Jeff Jarvis lewat akun twitternya, yang juga dikutip banyak media berseru, “Hei Visa, Mastercard, Paypal: Ini UANGKU. BERANINYA kamu mengatur ke mana aku bisa dan tak bisa membelanjakannya.?”

Wikileaks sempat limbung ketika tak bisa lagi menerima sumbangan lewat kartu kredit. Akhirnya mereka mengumumkan bisa menerima donasi dalam bentuk bitcoin, yakni mata uang digital yang hanya berlaku di Deep Weeb. Bitcoin adalah mata uang andalan untuk transaksi narkoba di dunia maya level Deep Weeb. Di level ini bitcoin juga digunakan untuk keperluan mendaftar jadi anggota situs pedofili dan aktivitas haram lainnya.

Begitu menggunakan bitcoin, Wikileaks menjadi kian dekat dengan para peretas, apalagi pendirinya, Julian Assange sendiri ialah seorang peretas kampiun. Bitcoin memang bagian budaya peretas. Keistimewaanya mata uang digital ini tak bisa dilacak karena hanya bisa digunakan lewat akses P2P (peer to peer) di mana para pengguna kerap saling bertukar file apa saja, seperti film bajakan dan materi pornografi.

Serbuan lain yang juga tak kalah penting ialah ketika Anonymous meretas situs raksasa teknologi Jepang, Sony. Akibat serangan itu, Sony harus gigit jari selama lima hari , sebab keuntungan selama itu menguap gara-gara 77 juta pelanggannya tak bisa masuk untuk menikmati fasiltas game online.

Alasannya? Perusahaan teknologi itu menguggat George Hotz ke pengadilan. Kisahnya bermula dari kebijakan Sony untuk mencoret Linux dari daftar OS untuk Playstation (PS3). Dasar hacker, jenius pula, Hotz, 22 tahun, pun gemas dan mengobrak-abrik PS3 hingga bisa digunakan dalam lingkungan Linux. Masalahnya Hotz tak menikmati seorang diri, software gubahannya (firmware) tadi dibagi lewat blognya untuk diunduh gratis.

Jelas Sony marah. Maka dibuatlah patch (tambalan) untuk menonaktifkan firmware Hotz. Panas, Hotz memutakhirkan lagi firmwarenya. Memberi balasan kedua, Sony pamer otot. Ia melayangkan gugatan hukum. Akhirnya Hotz bisa dibikin diam.

Sony menghentikan langkah hukum setelah Hotz  berjanji di bawah ikatan hukum tak akan ‘berulah’ lagi. Dalam blognya malah terdapat surat gugatan Sony yang bisa dibaca publik. Hotz mengaku tak kuat untuk membayar pengacara bila harus berhadapan dengan Sony.

Sony boleh jadi menang dalam wilayah hukum positif, tapi perusahaan itu tanpa menyadari telah membuat kesalahan serius. Sony diadili di pengadilan lain, bahkan berkali-kali hingga sempat tersungkur. Solidaritas Anonymous terpanggil untuk membela Hotz. Gantian Sony kini diacak-acak oleh legiun peretas tanpa nama tersebut. Menurut perusahaan antivirus F-Secure, situs Sony dibobol hingga 37 kali!

Anonymous memiliki kekuatan riil meski sosok pasti dibalik gerakan mereka tak bisa diindetifikasi. Seorang narasumber dalam film dokumenter “We are Legion’  berkata, “Saat ini anda bisa berkata sosok yang paling kuat di muka bumi ialah sekumpulan orang-orang tanpa nama dan tak terikat ruang, berusia 17 hingga 30-an. Mereka ialah kelas para hacker yang berkuasa.”

Namun bisa jadi yang mendekati fakta di lapangan ialah pernyataan satu ini. “Bila anda ingin mengusik dan menggangu kebebasan di internet, anda sungguh lebih baik berhati-hati.”

Kebebasan berinternet memang bagian tak terpisahkan dari idealisme Anonymous. Ketika Kongres dan Senat AS disibukkan dengan RUU kembar soal penyensoran internet, PIPA dan SOPA awal tahu ini, Anonymous  tidak tinggal diam. Dalam sebuah serangan terkordinasi, situs-situs FBI, Departemen Kehakiman AS (DOJ) dan beberapa situs industri hiburan yang dianggap mendukung upaya aturan anti-pembajakan, dibobol dan dimatikan.  Selain alasan anti-pembajakan, serangan ini sekaligus tindak balasan atas penutupan Megaupload oleh FBI.

Grup peretas mengklaim itu ialah serangan terbesar yang pernah ada dengan melibatkan 5.635 hacker. Tak hanya  FBI, DOJ, situs Industri Rekaman Amerika (RIAA) dan Asosiasi Distributor Film Amerika (MPAA), situs Universal Music dan BMI.com juga ikut dihajar.

Berbicara soal plot serangan, Anonymous tak lagi menggunakan forum 4Chan ketika merencanakan operasi.. Mereka memilih fasilitas lebih umum seperti IRC chanel, macam #anonops, realtime text editor Piratepad.net, Mibbit  atau realtime text editor Etherpad. Karena itu non-anggota bahkan orang awam bisa ikut melihat isi pembicaraan mereka.

Ada tiga taktik yang menjadi andalan Anonymous, pertama mengacak-acak dan merusak tampilan situs dan kedua melakukan serangan distribution denial of service (DDoS). Analoginya, bila kantor hanya memiliki satu sambungan telepon lalu dikontak oleh seratus orang bersamaan, dijamin, telpon tak bisa keluar atau menerima karena efek bottle-neck.

Biasanya, peretas membuat software yang mampu membanjiri sebuah situs dengan permintaan masif hingga membuat target lumpuh. Terakhir, memiliki bobot paling besar dalam seluruh aktivitas hacker, pencurian data.

Serangan yang pernah dilancarkan tak melulu adu otot dengan aparat dan korporat besar, Anonymous juga pernah melakukan serangan yang mendapat pujian yakni Operasi Darknet yang dieksekusi pada Oktober 2011. Operasi itu menarget situs-situs pedofil bersembunyi di Deep Web, situs-situs gelap yang dianalogikan terletak di bagian paling dasar sebuah gunung es.

Situs macam ini tak bisa ditemukan di pencarian aman ala Google. Untuk bisa mengakses pengguna harus menginstal program TOR (The Onion Router) baru bisa mencapai ke lapisan dasar tersebut. Di sana beragam situs berisi konten pemerkosaan, pedofil, transaksi narkoba dan aktivitas ilegal lainnya bisa ditemukan.

Sasaran Operasi Darknet ialah situs Lolita City, sarang dunia maya tempat pedofil bertukar materi pornografi anak. Dalam operasi itu Anonymous berhasil mencuri 1.500 data pengguna, mulai username, kata sandi, alamat surat elektronik dan nomor telepon. Hasil buruan tadi diserahkan oleh Anonymous kepada FBI.. Khusus serangan ini, Anonymous dianggap telah melakukan layanan publik positif.

Hacker putih? Hmm tidak juga. Meski diapresiasi, saat di forum 4chan, para anon--sebutan anggota Anonymous, juga menikmati materi pornografi karena pada dasarnya forum itu adalah forum porno. Dalihnya, bila  pornografi anak, Anonymous sangat keberatan, tapi sebaliknya bila itu pornografi dewasa, mengapa tidak. (bersambung)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement