Senin 09 Apr 2012 07:03 WIB

Anonymous (1): Legiun Peretas Radikal Abad 21

Legiun Peretas Anonymous dengan topeng Guy Fawkes (ilustrasi)
Foto: wallsdl.com
Legiun Peretas Anonymous dengan topeng Guy Fawkes (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pertanyaan 'Siapakah Anonymous’ memang terdengar paradoks, mengingat arti anonim ialah minus identitas. Namun pertanyaan itu bukan berarti tidak ada jawabnya.

 “Anda ingin tahu siapa Anonymous, berdirilah, coba saja untuk mematikan pesan, cobalah untuk menindas gagasan, membekukan kebebasan berbicara, maka anda akan menyaksikan apa yang bisa diperbuat  Anonymous.” Itu bunyi pernyataan--kalau tak bisa disebut ancaman--yang dilontarkan wajah bertopeng Guy Fawkes berlatar hitam.

Sosok itu muncul dalam film dokumenter mengenai grup peretas Anonymous berjudul "We Are Legion: The Story of of Hacktivist" dirilis awal Maret lalu. Film yang sejauh ini hanya diputar di festival dan bukan konsumsi bioskop, memberi gambaran tentang dunia Anonymous, kumpulan para peretas radikal era digital abad ke-21.

Trailernya, berdurasi 3 menit 38 detik, sudah tersebar dan dapat disaksikan di Youtube juga di situs resminya, wearelegionthedocumentary.com. Film ini mengeksplorasi akar grup hacktivis seperti Cult of the Dead Cow dan Electronic Disturbance Theater disusul Anonymous yan  lahir dari 4chan hingga gerakan di dunia maya bahkan dunia nyata.

Jadi siapa sebenarnya mereka? Sedikit akademis, Profersor Univerisitas New York dan peneliti Anonymous, Biella Colleman, menyandingkan Anonymous dengan jenis penipu, dalam istilah internet disebut trickster. Para trickster, ujarnya, bukan sekedar mitos dan juga bagian dari prankster, hacker, phreaker, troller Mereka ada dan keberadaannya menyebar dari penjuru Amerika hingga Eropa juga belahan lain dunia.

Trickster, menurut Colleman, bukanlah orang baik atau orang jahat, melainkan karakter dengan berbagai kontradiksi. Mereka mengawali perubahan dan bergerak dengan plot. “Satu menit, trickter bisa begitu heroik dan layak dicintai karena menyelamatkan peradaban. Beberapa menit lagi trickters yang sama bisa menjadi kejam, menendang dan mengunyah orang-orang baik seperti makanan ringan” ujarnya.

Anonymous ialah budaya. “Butuh budaya untuk menghasilkan album, idioms dan ikonografi,” tutur Colleman. Tak heran bila media dan masyarakat kerap bingung. Sebab bila yang dicari adalah organisasi dengan pemimpin maka usaha itu sia-sia. “Memahami Anonymous harus menggunakan pendekatan antropologi,” ujarnya. “Karena di sana juga ada alasan keberagaman, mengapa mereka bisa muncul dari komunitas masyarakat berbeda.”

Colleman memahami Anonymous  tak jauh dari hal-hal aneh, termasuk istilah lulz, istilah LOL yang dikorup, singkatan di dunia maya untuk laugh out loud. Lulz ialah konsep abstrak yang perlu dimengerti bila ingin memahami Anonymous.

Alih-alih berteriak, Anonymous menggunakan kata tertawa. Namun ini jenis tawa yang sinis dan mengejek. Di dalamnya tidak terdapat humor yang membuat hidup lebih ringan, sebaliknya jenis humor hitam, kian menyuramkan kondisi. Tawa Lulz keluar dengan rasa sakit, karena itu membuat pemirsa mempertimbangkan lagi soal ketidakadilan, kemunafikan terlepas di kubu mana pun mereka berdiri saat itu.

“Dalam budaya Anonymous, lulz ialah alasan untuk bertindak. Anonymous tidak muncul dalam masa yang mudah, melainkan di masa sulit,” ujar Coleman. “Ketika semua berjalan baik, maka semua trickster akan tidur.”

Menyoal sejarah, kehadiran Anonymous tak lepas dari 4Chan, sebuah forum untuk diskusi tentang anime dan manga (komik jepang). Di situlah awalnya para hacker sering nongkrong dan ngobrol.

Keunikan forum tersebut, user tak perlu mendaftar untuk menjadi anggota. Mereka bisa langsung masuk dan otomatis menjadi peserta. Peserta non-anggota itu akan diberi julukan anonymous. Mereka terutama di sub forum /b/ bisa memposting apa saja, mulai diskusi teknis, pemrograman, barang-barang bajakan, gambar porno, seni, fantasi, hingga makian.

Tak ada rasis tapi sekaligus intes dengan makian macam 'nigger'. Kebebasan berbicara, yang demikian tanpa batas, hingga berujung serapah. Inilah maksud Colleman, latar beragam sekaligus tak jelas yang mewarnai keanggotaan Anonymous

Postingan di forum 4chan muncul tanpa identitas penulis dan tidak ada arsip yang bisa dilacak.  Format pertemuan internet pada abad ke-21 ini pun melahirkan Anonymous dan hingga kini tetap menjadi induk di mana Anonymous berkumpul.

Pada satu waktu, setelah terlibat intens dalam sejarah aktivitas tak terekam sedemikian lama, sub forum /b/ dan Anonymous melewati tikungan. Identitas di dalam net terbagi, terutama dari golongan peretas dengan kemampuan serius, membentuk ultra-coordinated motherfuckery (UCM). Apa lagi itu?

Namanya juga kumpulan para hacker, apalagi kegiatan utama bila tidak meretas? UCM ialah modus operasi, yakni  menggunakan teknologi dan internet untuk melakukan kordinasi cepat dengan baik demi  bekerjasama dalam serangan kolektif terhadap target. Bisa hanya untuk iseng-iseng, namun yang pasti tak memberi kesempatan sasaran untuk melihat kedatangan mereka apalagi mempertahankan diri. Dari sana munculah istilah ‘penyerbuan’. (bersambung)

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement