Jumat 30 Mar 2012 01:13 WIB

Mengenal Roket, Sang Mesin Anaerobik

roket
Foto: reuters
roket

REPUBLIKA.CO.ID,Roket pada dasarnya adalah mesin untuk alat transportasi seperti mesin jet, diesel, dan lain-lain. Tapi, berbeda dengan mesin transportasi lain, roket bersifat 'anaerob'. Untuk melakukan pembakaran bahan bakar ia membawa oksigen sendiri, sehingga praktis tak membutuhkan oksigen dari luar. Karenanya, roket dapat digunakan sebagai mesin transportasi ke ruang angkasa yang tak beroksigen.

Roket memiliki daya angkut yang luar biasa. Ariane 5, misalnya, dapat menerbangkan 68 orang yang masing-masingnya berbobot 100 kg ke orbit geostasioner. Kecepatan roket juga luar biasa, bisa melewati kecepatan suara, kendati ketika meninggalkan landasan kecepatannya kelihatan rendah. Bila pada detik pertama kecepatannya hanya 12 meter per detik misalnya, maka pada tahap berikutnya roket dapat melaju dengan kecepatan kelipatannya: 24 m/detik, 48 meter per detik, dan begitu seterusnya.

Pada umumnya, roket terdiri dari tiga bagian. Bagian pembawa muatan, pengendali, dan bagian mesin. Bagian pembawa muatan berfungsi untuk mengangkut barang -- satelit, objek lainnya, hingga bahan peledak. Bagian pengendali merupakan bagian di mana terdapat piranti untuk mengendalikan roket. Dan, bagian mesin, merupakan bagian di mana terdapat mesin serta bahan bakar roket. Sebagai catatan, mesin roket ini terbagi dalam dua kelompok, tergantung dari jenis bahan bakarnya: cair dan padat.

Menurut catatan, roket telah digunakan sejak lama, mulai sekitar tahun 1232, di Cina. Akan tetapi ketika itu mesin roket masih sangat sederhana -- berbentuk seperti peluru dan berbahan bakar padat (tak berbeda dengan mercon roket). Mesin roket yang lebih komplek baru diketemukan berabad-abad setelahnya, tahun 1926, oleh periset AS, Robert H. Goddart. Sejak ini, penelitian mengenai roket -- cair maupun padat -- kian marak. Sebagian ditujukan untuk mesin perang, sebagian lagi untuk alat angkut ke angkasa luar. Roket yang paling terkenal pada saat ini, misalnya, Long March (Cina), Delta, Atlas dan Titan (AS), Ariane (Eropa), dan Proton (Rusia).

Indonesia juga telah melangkah ke dunia peroketan. Kita pernah punya roket RX (Rocket Experiment) 150/150, sebuah roket berbahan bakar padat dan terdiri dari dua tingkat. Selain itu, sebanyak 50 buah Roket R-Han 122 produksi Indonesia, berhasil diujicobakan dengan ditembakkan ke sasaran di udara di Pusat Latihan Tempur TNI AD Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, Rabu (28/3) lalu.

Nah, khusus roket untuk pergi ke luar langit, sejarah mencatat banyak kisah sukses dan tak sedikit kisah tragis. Berikut adalah beberapa kegagalan yang tertragis, dan dengan mengingat misinya, menjadi kecelakaan yang terpenting:

- Januari 1967

Tiga Astronot AS, Virgil Grissom, Roger Chaffee, dan Edward White terpanggang di kabin Apollo 1, dalam penerbangan simulasi di Cape Canaveral, Florida, AS. Simulasi tersebut dimaksudkan untuk penerbangan manusia ke bulan.

- April 1967

Kosmonot (kata untuk 'astronot' versi Sovyet) Vladimir Mikhailovich Komarov terbanting ke bumi karena parasut pendarat di kapsul pesawat angkasa luarnya mengalami kegagalan fungsi. Komarov menjadi orang yang tewas karena terjatuh dari ketinggian yang paling tinggi hingga sekarang.

- Juli 1971

Tiga kosmonot Sovyet kembali ke bumi dalam keadaan tanpa nyawa, setelah berada di angkasa selama 24 hari. Pada waktu itu mereka memecahkan rekor untuk waktu tinggal di angkasa, namun mereka menebusnya dengan kematian.

- 28 Januari 1986

Tujuh astronot, termasuk seorang guru sekolah, meninggal di kabin pesawat ulang-alik Chalenger yang meledak 72 detik sesudah tinggal landas dari Cave Canaveral, Florida, AS.

- 18 April 1986

Roket Titan meledak di angkasa, ketika mengangkut satelit militer. Ketika itu roket ini adalah harapan AS untuk mengangkut berbagai wahana sesudah musibah yang menimpa Chalenger.

- 3 Mei 1986

Sungguh tahun buruk bagi NASA. Roket lainnya, Delta, juga meledak hanya dalam waktu 91 menit sesudah tinggal landas. Roket itu dikabarkan tengah membawa satelit cuaca senilai 57 juta dolar AS.

- 1 Desember 1994

Roket Ariane 4 nyemplung ke Atlantik karena kegagalan roket tingkat ke tiga.

- 15 Februari 1996

Longmarch meledak dalam usahanya membawa satelit komunikasi Intelsat. Ini adalah kegagalan berikutnya, setelah kegagalan pada penerbangan percobaan 23 Januari sebelumnya.

10 Juni 2010 Naro 1, roket milik Korea Selatan meledak setelah baru meluncur dua menit.

- 25 Desember 2010

Roket yang membawa satelit komunikasi, GSAT-5P meledak beberapa saat setelah diluncurkan. Ini kegagalan kedua bagi negeri Gandhi itu.

sumber : berbagai sumber
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement