REPUBLIKA.CO.ID,Nama Thomas Samuel Kuhn amat dikenal, terutama oleh mereka yang meminati isu-isu keilmuan, sebutlah misalnya sejarah sains dan filsafat sains. Kuhn dianggap oleh banyak kalangan sebagai sejarawan dan filosof sains besar di abad modern ini. Nama dan pandangannya kerap dikutip dalam berbagai tulisan tentang kedua bidang tersebut. Bahkan, lebih luas dari itu.
Namun Kuhn sudah lama tiada. Barangkali tak banyak orang tahu, bahwa pencetus teori scientific revolution ini meninggal pada 17 Juni 1996, setelah menderita kanker tenggorokan. Di rumahnya yang tenang, di Cambridge, Mass AS, Kuhn menutup usianya di usia 73 tahun.
Nama Kuhn menjulang setelah muncul karyanya -- The Structure of Scientific Revolutions, yang ia tulis pada umur 40 tahun. Pikiran-pikrannya membuat geger dunia keilmuan. Di situ ia berbicara tentang sifat perubahan ilmu yang kemudian dikenal luas sebagai salah satu buah pikir paling menonjol tentang ''bagaimana proses keilmuan'' berjalan. Dengan karyanya itu, Kuhn mempopulerkan istilah yang kemudian melekat pada dirinya: paradigma.
Dalam pandangan Kuhn, sains tumbuh berkembang dari waktu ke waktu lewat ''penumbangan-penumbangan'' teori. Melalui revolusi, kata Kuhn, satu konsepsi tentang pandangan dunia digantikan oleh yang lain. ''Sains bukanlah akuisisi akumulatif dari pengetahuan,'' ujarnya. Kuhn, dalam The Structure, menyebutkan bahwa revolusi dalam sains hanya terjadi setelah periode yang panjang dari sains normal -- sains yang telah diterima oleh masyarakat.
Teori Einstein tentang relativitas, tulis Kuhn untuk menjelaskan gagasannya, menantang konsep fisika Newton. Penemuan oksigen oleh Lavoisier menyapu bersih gagasan yang lebih dulu ada tentang phlogiston -- unsur imajiner yang dipercaya menyebabkan pembakaran. Eksperimen Galileo dari menara Pisa merontokkan teori Aristoteles bahwa benda jatuh dengan laju yang sepadan bobotnya.
Kuhn berargumen bahwa typical scientist bukan seorang yang obyektif, pemikir bebas, dan skeptis. Mereka, kata Kuhn, lebih merupakan individu yang konservatif -- yang menerima apa yang diajarkan kepadanya dan menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul di hadapannya.
Dengan melakukan hal itu, menurut Kuhn, ilmuwan seperti mereka menerima sebuah ''paradigma'' -- suatu pola dasar pemecahan masalah -- begitu saja. Namun, selanjutnya, kata Kuhn, akan muncul situasi ketika paradigma tersebut tak mampu memberi jawaban terhadap masalah baru yang muncul. Situasi revolusioner pecah. Paradigma barupun muncul menyapu yang lama.
Begitulah yang terjadi pada ''revolusi'' Galileo dan Einstein. Sejumlah buku lain ditulis oleh Kuhn, namun yang monumental dan akan terus dikenang tak lain The Structure. Sebelum diterbitkan dalam bentuk buku setebal 180 halaman oleh Chicago Press, The Structure muncul dalam bentuk monograf di International Encyclopedia of Unified Science.
Lebih dari satu juta eksemplar buku Kuhn itu dicetak -- salah satu karya ilmiah yang paling diminati dan dibaca orang. Karyanya diterjemahkan ke dalam 16 sepuluh dan tetap menjadi buku teks penting dalam studi tentang sejarah dan filsafat sains. Tak heran, pikiran Kuhn memengaruhi ilmuwan dari bidang lain. Untuk menyebut beberapa: ekonom, sejarawan, sosiolog, dan filosof.
Jed Z. Buchwald, direktur The Dibner Institute for the History of Science and Technology AS, menyebut Kuhn sebagai ''sejarawan dan filosof sains paling berpengaruh di zaman kita. Ia memberi inspirasi dan menggerakkan murid-murid serta sejawatnya di Harvard, Berkeley, Princeton, dan MIT, juga puluhan ribu sarjana dan mahasiswa dalam bidang yang sama maupun dalam ilmu sosial dan kemanusiaan yang membaca karyanya''.
Penemuan ''paradigma'' niscaya sebuah takdir, dan itu terjadi melalui pergeseran minat Kuhn. Dalam sebuah artikel di majalah Scientific American edisi tahun 1991 disebutkan: kisah pergeseran minat Kuhn dari fisika ke sejarah sains dapat dinyatakan dalam satu kata ''Eureka!'' Kuhn tengah bekerja untuk mencapai gelar doktor dalam fisika di Harvard, 1947, ketika ia diminta untuk mengajar sains. Oleh James B Conant, rektor universitas tersebut ketika itu, meminta Kuhn mengajar para mahasiswa undergraduate. Fokusnya: studi kasus sejarah sains.
Ketika mencari kasus sederhana dalam sejarah sains yang dapat menjelaskan akar mekanika Newton, menurut artikel di Scientific American tersebut, Kuhn membuka Fisika-nya Aristoteles dan heran ''betapa 'salah' (Aristoteles) ....''
Sebelum diminta mengajar sejarah sains, Kuhn mengaku belum pernah membuka dokumen-dokumen tua tentang sains. Ketika sudah membuka karya Aristoteles itulah ia menyadari betapa konsep dasar Aristoteles -- misalnya tentang gerak dan benda -- tak seperti konsep Newton. Tatkala mengkaji lebih jauh, ia menyimpulkan bahwa fisika versi pemikir Yunani itu bukan ''salah'' melainkan berbeda dari Newton, dan lebih sederhana. Dari sinilah ia kemudian melacak perubahan-perubahan besar dalam perjalanan sains. Dan, lahir 15 tahun kemudian The Structure ...
Lahir di Cincinnati, AS, pada tahun 1922, Kuhn mula-mula belajar fisika di Harvard University -- tempat ia memperoleh gelar bachelor (1942) dengan predikat summa cum laude, master (1946), dan doktor (1949). Dari tahun 1948 hingga 1956 ia menempati berbagai pos di almamaternya, hingga mencapai posisi assistant professorship dalam pendidikan umum dan sejarah sains.
Kuhn lalu bergabung dengan University of California, Berkeley, dan menjadi guru besar sejarah sains pada tahun 1961. Tiga tahun kemudian, ia pindah ke Princeton University untuk menempati jabatan akademis sebagai M. Taylor Pyne Professor of Philosophy and History of Science. Selama tahun 1978-1979 ia menjadi fellow di New York Institute for Humanities.
Kuhn pindah dari Princeton University ke MIT pada tahun 1979 dan menjadi guru besar filsafat dan sejarah sains hingga tahun 1983. Ia lalu menduduki jabatan akademis sebagai Laurence S. Rockefeller Professor of Philosophy hingga delapan tahun kemudian. Ia merupakan orang pertama yang menduduki kursi tersebut. Pada tahun 1991 Kuhn pensiun dan menjadi profesor emiritus.
Pengakuan atas jasa Kuhn kian bertambah ketika ia menerima George Sarton Medal dalam sejarah sains pada tahun 1982. Bagi peminat bidang ini, Sarton amat dikenal dengan karyanya yang legendaris, The History of Science. Kuhn telah pergi. Ia akan dikenang selalu melalui ''paradigma''. Namun, ia tak akan melihat andaikan pada suatu saat teorinya tentang revolusi keilmuan itu tumbang -- sebagaimana yang ia teorikan sendiri.