Selasa 13 Mar 2012 20:56 WIB

Menteri BUMN Persilakan Telkom Akuisisi Starone

Telkom Indonesia
Telkom Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian BUMN memberikan restu kepada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) untuk mengakuisisi unit usaha Fixed Wireless Access (FWA) StarOne milik PT Indosat Tbk untuk disinergikan dengan usaha sejenis Telkom Flexi.

"Sejauh itu (akuisisi) bagus untuk kemajuan perseroan dan bisa dipertanggungjawabkan, tidak ada masalah.Silahkan," kata Menteri BUMN Dahlan Iskan, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa.

Menurut Dahlan, sebagai kuasa pemegang saham pemerintah, maka Kementerian mempersilahkan Telkom untuk menjalankan aksi korporasi yang bertujuan memacu pertumbuhan organiknya.

"Saya tidak menyuruh dan tidak pula melarang. Sepanjang itu tujuannya untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat dipertanggungjawabkan oleh manajemen, lanjutkan," tegas Dahlan.

Menurut dia, rencana akuisisi merupakan bagian dari aksi korporasi, sehingga diserahkan sepenuhnya kepada manajemen. "Kami tidak ikut campur," katanya.

Sebelumnya, menjelang akhir tahun 2011, Direktur Utama Indosat, Harry Sasongko mengungkapkan telah menerima nama-nama perusahaan peminat untuk membeli StarOne. Indosat masih mengevaluasi dari aspek regulasi jika StarOne dilepas, seperti lisensi dan asset yang melekat di unit usaha itu.

Hingga akhir 2011 StarOne memiliki sekitar 229.000 pelanggan, turun 58,4 persen dibandingkan tahun 2010 sebanyak 550.000 nomor pelanggan. Telkom disebut-sebut merupakan salah satu operator yang berminat untuk mengakuisisi StarOne.

Telkom sendiri sedang menyiapkan dua skenario untuk pengembangan Flexi dengan melibatkan Telkomsel, anak usaha Telkom yang bergerak pada layanan seluler.

Executive General Manager Telkom Flexi, Mas'ud Khamid sebelumnya mengatakan, skenario pertama, menggunakan satu infrastruktur, tetapi memiliki dua merek dagang berbeda di pasar. "Ini sama dengan di industri penerbangan dimana satu maskapai memiliki dua produk. Ada yang menawarkan 'full service' dan 'no frill," kata Mas'ud.

Kedua, menggunakan satu infrastruktur dan satu merek dagang. "Kita masih terus mengkaji kemungkinan tersebut. Opsi pertama atau kedua, harus dikonsultasikan dengan pemilik lain dari Telkomsel yakni SingTel," ujarnya.

Pada tahun 2012, Flexi menyiapkan dana sekitar Rp400 miliar untuk membangun mobile broadband berbasis teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) Evolution Data Optimized (EVDO) di 20 kota hingga akhir Juni 2012.

Langkah Flexi membangun mobile broadband membutuhkan dukungan sumber daya alam terbatas berupa frekuensi. Aksi akuisisi terhadap StarOne diyakini akan memuluskan langkah Flexi bermain pada layanan mobile broadband.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement