Senin 13 Feb 2012 09:31 WIB

Perjanjian Antipembajakan Internasional Picu Demo Puluhan Ribu Orang di Eropa

Aksi penolakan ACTA
Aksi penolakan ACTA

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Puluhan ribu orang berdemonstrasi di seluruh Eropa hari Sabtu (11/2), memrotes perjanjian anti-pembajakan internasional yang ditakutkan bakal mengekang kebebasan mereka untuk mengunduh film dan musik secara gratis serta mendorong pengawasan Internet.

Lebih dari 25.000 demonstran menerjang suhu beku di kota-kota Jerman untuk melawan Perjanjian Perdagangan Anti-pemalsuan (the Anti-Counterfeiting Trade Agreement/ACTA), sementara 4000 warga Bulgaria turun ke jalan di Sofia menentang perjanjian yang dirancang untuk memperkuat kerangka hukum hak kekayaan intelektual.

Ada ribuan demonstran lainnya--kebanyakan muda--yang bersemangat tinggi meskipun salju dan suku "beku" di kota-kota termasuk Warsaw, Prague, Slovakia, Bucharest, Vilnius, Paris, Brussels, dan Dublin, kantor berita Reuters melaporkan.

"Kami tidak merasa aman lagi. Internet adalah salah satu dari sedikit tempat di mana kita dapat bertindak secara bebas," kata Monica Tepelus, seorang programmer 26 tahun yang bergabung dengan 300 pemrotes di Bucharest.

Oposisi terhadap ACTA di Eropa Timur sangat kuat dan menyebar dengan cepat. Pengunjukrasa membandingkan perjanjian itu dengan pengawasan gaya-the Big Brother yang digunakan oleh mantan rezim komunis.

Mengunduh film dan musik merupakan cara populer bagi banyak orang Eropa Timur muda untuk mendapatkan hiburan gratis.

"Hentikan ACTA!", tertulis dalam spanduk yang dibawa oleh salah seorang dari 2.000 demonstran di pusat Kota Berlin, di mana suhu saat itu -10 derajat celsius.

"Ini tidak dapat diterima untuk mengorbankan hak-hak kebebasan demi hak cipta," Thomas Pfeiffer, seorang pemimpin partai the Greens di Munich di mana 16.000 orang memprotes ACTA.

Pemerintah delapan negara termasuk Jepang dan Amerika menandatangani perjanjian pada Oktober lalu yang bertujuan untuk mencegah pelanggaran hak cipta dan pencurian merk dagang. Penandatanganan itu dianggap sebagai langkah menuju diberlakukannya ACTA.

Negosiasi ACTA telah berlangsung selama beberapa tahun, dan beberapa negara Eropa telah menyepakatinya namun belum ditandatangani atau diratifikasi di banyak negara. Kementerian luar negeri Jerman pada Jumat lalu mengatakan akan menunda penandatanganan.

Di Sofia, sebagian besar dari 4.000 demonstran adalah pemuda. Beberapa di antara mereka mengenakan topeng Fawkes Guy menyeringai yang menjadi simbol gerakan kelompok peretas Anonymous dan gerakan-gerakan protes global lainnya.

ACTA bertujuan untuk mengurangi pencurian merk dagang dan mengatasi pembajakan online lainnya. Tapi kesepakatan itu telah memicu kekhawatiran--terutama di negara-negara Eropa Timur serta di Jerman yang sensitif dengan sejarah Gestapo dan polisi rahasia Stasi--atas sensor online dan meningkatnya pengawasan.

Para pengunjukrasa khawatir bahwa mengunduh gratis film dan musik dapat bisa dihukum penjara jika ACTA telah diratifikasi oleh parlemen. Mereka juga takut bahwa bertukar materi di Internet dapat dianggap sebagai kejahatan dan mengatakan kesepakatan itu menjadi pengawasan masif terbesar.

Di Paris, sekitar 1000 orang berbaris menentang ACTA. "Ini adalah demonstrasi tanpa preseden karena terjadi di seluruh Eropa pada saat yang sama," kata Jeremie Zimmermann, juru bicara kelompok kebebasan Internet, Quadrature du Net.

Protes serupa pernah terjadi, terutama di AS, pada bulan lalu yang menentang undang-undang anti pembajakan online dan pelanggaran hak cipta. Sekarang perdebatan mengenai hal itu telah mereda.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement