REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Asosiasi Telepon Seluler Indonesia (ATSI) memperkirakan target pertumbuhan sebesar 8-9 persen pada 2012 bakal sulit tercapai sebagai dampak dari penghentian promosi layanan konten premium.
"Penghentian penawaran layanan pesan singkat (SMS) broadcast, pop-screen, voice broadcast masih berdampak pada pendapatan dari layanan konten operator," kata Ketua Umum ATSI, Sarwoto Atmosutarno, di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, konten merupakan salah satu pemasok pendapatan operator, seiring dengan berkembangnya aplikasi, seperti bisnis digital, termasuk di dalamnya layanan iklan bergerak, e-money, e-wallet.
Ia menjelaskan, seluruh layanan seluler terkait dengan jasa konten, sehingga sulit dinafikan jika pendapatan dari konten akan tergerus.
Pada kuartal III 2011 industri seluler tanah air diterpa kasus pencurian pulsa pelanggan memaksa Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) menerbitkan Surat Edaran No. 177 Tahun 2011 tertanggal 14 Oktober 2011 agar operator menghentikan promosi layanan premium.
Menurut Dirut PT Telkomsel itu, dampak dari penghentian layanan premium ini adalah kurangnya minat pelanggan untuk ikut meregistrasi kembali fitur-fitur konten.
Ia menjelaskan, sesungguhnya industri konten ini sudah dibangun sejak tahun 2002 yang ketika itu mencapai 50 mitra content provider (CP) dengan jumlah fitur 300 konten.
Hingga akhir 2011 jumlahnya mencapai 400 CP dengan fitur mencapai 4.000 konten.
Secara umum, ujar Sarwoto, kendati secara prosentase pertumbuhan cenderung stagnan pada 2011, namun pelanggan tetap bertambah dan mencapai 250 juta nomor.
Pada 2011 pemakaian percakapan suara (minutes of usage) mencapai 180 miliar menit percakapan, dan 260 miliar unit SMS, serta 27.000 terabyte transaksi data.
Semua operator sepakat bahwa industri telekomunikasi telah memasuki masa saturasi atau titik jenuh tercermin dari tingkat penetrasi pengguna telepon seluler dah mendekati 100 persen, dan menurunnya pendapatan dari layanan suara dan SMS.
"Berbekal pencapaian selama 2011, ATSI optimis dan memprediksi bahwa industri akan lebih fokus pada layanan data dan "broadband", ujar Sarwoto.
Untuk itu tambahnya, operator seluler didorong mengembangkan berbagai inovasi layanan terkait data, dan layanan nilai tambah (value added services/vas).