REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Lima mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta mengembangkan mesin perontok bulu ayam dengan kapasitas produksi sekitar delapan ekor per menit.
"Dengan adanya mesin perontok bulu ayam itu, kuantitas dan kualitas produksi diharapkan dapat terpenuhi dengan pelayanan yang lebih mudah dan cepat," kata salah seorang mahasiswa yang mengembangkan mesin tersebut, Roma Afri Yanto, di Yogyakarta, Ahad (4/12).
Latar belakang pengembangan mesin itu karena tingkat konsumsi daging ayam tergolong paling tinggi jika dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging sapi dan daging unggas lainnya. Berdasarkan hasil survei di lapangan, beberapa mesin perontok bulu ayam yang sudah ada itu menunjukkan konstruksi dan komponennya masih sederhana. Sehingga, masih terdapat beberapa kekurangan atau kelemahan.
Roma mengatakan kelemahan terlihat dari posisi motor yang terkunci pada dudukan motor sehingga tidak bisa mengatur kekencangan dan kelonggaran sabuk. Selain itu, pemilihan bahan juga kurang tepat dan dimensi mesin memakan banyak tempat sehingga kurang efisien.
Berdasarkan analisis terhadap mesin perontok bulu ayam yang sudah ada tersebut, Roma bersama rekannya melakukan kreasi dan modifikasi sedemikian rupa untuk mengoptimalkan kinerja mesin itu.
"Desain mesin perontok bulu ayam yang kami kembangkan lebih simpel dibandingkan dengan alat-alat yang sudah ada di pasaran. Selain itu, mesin juga menggunakan bahan 'stainless steel' sehingga antijamur," katanya.
Menurut dia, hasil desain dan gambar kerja mesin perontok bulu ayam tersebut mempunyai spesifikasi antara lain dimensi 570x570x1.210 meter, kecepatan putaran 250 rpm, berat mesin sekitar 85 kilogram, kapasitas produksi sekitar delapan ekor per menit. Sumber penggerak motor listrik AC setengah tenaga kuda. Sistem transmisi meliputi komponen reduktor terdiri atas puli, V-belt, dan roda gigi payung.
Berdasarkan hasil uji kinerja, proses perontokan dan kinerja semua komponen sudah cukup baik. Ini terbukti dengan sedikitnya getaran yang terjadi dan mampu merontokkan bulu-bulu ayam dalam waktu yang relatif singkat. "Berdasarkan hasil penghitungan, harga pokok produk mesin perontok bulu ayam ini adalah Rp 3,2 juta," kata Roma.
Selain Roma, empat mahasiswa lainnya adalah Ahmad Adid Setyawan, Dwi Riswanto, Herdiarto, dan Tri Widanto. Ahmad bertugas menciptakan desain alat, Roma dan Dwi untuk bagian permesinan, sedangkan Herdiarto dan Tri pada bagian fabrikasi.