REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA - Dalam sebuah laboratorium di lahan kompleks dijaga polisi, 11 tikus berbulu putih menunggu giliran mereka untuk melakukan tugas berbahaya, dengan persen sebagai imbalannya. Mereka berada di tahap akhir program pelatihan untuk menemukan ranjau darat yang dapat membunuh atau melukai ratusan orang setiap tahun di Kolombia.
Proyek pemerintah, yang dimulai pada tahun 2006, dilakukan dengan membiakkan tikus khusus untuk mendeteksi logam yang biasa digunakan dalam ranjau darat. Ranjau-ranjau ini sengaja dipasang dalam beberapa dekade lalu saat negara itu berkonflik dengan gerilyawan sayap kiri.
Ilmuwan Kolombia memutuskan untuk menggunakan tikus karena, seperti anjing yang lebih dulu digunakan dalam deteksi ranjau darat, mereka memiliki indera penciuman yang tajam.Dibanding anjing, tikus lebih ringan sehingga rancau darat yang 'terinjak' olehnya tak akan lansung meledak.
Tikus-tikus itu pertama-tama diajarkan untuk mengenali perintah suara dan bau spesifik dari logam yang digunakan dalam ranjau darat. Setelah itu, mereka diajak langsung untuk melakukan 'praktik lapangan'.
Lima generasi tikus telah mengikuti program pelatihan. Di laboratorium, unsur naluri telah dibangun sejak tikus-tikus ini masih bayi. "Tikus ini sangat membantu, dan akan memberikan masukan yang bagus untuk mereka yang berusaha untuk membersihkan ranjau," kata Erick Guzman, pejabat polisi dan mantan pawang anjing yang sekarang bertanggung jawab untuk program pelatihan tikus.