REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Seratusan anak muda dilatih membuat Open Base Transceiver Station (Open BTS) dan menjadi operator telepon seluler bertarif murah di kantor Kementerian Riset dan Teknologi di Jakarta, Sabtu.
"Mereka terpaksa lesehan karena ruangan tidak cukup," kata pegiat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Onno W Purbo pada workshop TIK terkait tiga topik yakni Open BTS, Voice over Internet Protocol (VoIP) dan Hacking and Network Security.
Ratusan pasang sepatu berserakan di depan pintu-pintu ruang komisi yang biasanya digunakan untuk berbagai seminar, sementara di dalam ruangan-ruangan tersebut ratusan anak muda yang kebanyakan mahasiswa, sedang duduk di lantai dengan tekun menyimak pelatihnya.
Menurut Onno, menjadi operator telepon seluler membutuhkan modal hingga Rp3 miliar, namun anak-anak muda tersebut sedang dilatih membuat BTS sendiri untuk menjadi operator telepon seluler hanya dengan modal sekitar Rp 150 juta.
"Dengan menggunakan software open source dan sejumlah hardware yang tidak terlalu besar, kita sebenarnya bisa bikin BTS sendiri dengan modal yang sangat rendah. Bisa dibayangkan tarif telepon seluler murah yang bisa didapat masyarakat," ungkap Onno.
Caranya dengan menggunakan hardware yang bernama USRP (Universal Software Radio Peripheral) dan software terbuka asterisk. USRP menghubungkan OpenBTS dengan jaringan standar telepon seluler (GSM), sedangkan asterisk berfungsi menginterkoneksikan dengan jaringan telepon lainnya seperti PSTN (Public Switched Telephone Network) atau operator telekomunikasi lain dengan menggunakan VoIP (Voice over IP).
Bersamaan dengan pelatihan Open BTS, digelar juga pelatihan VoIP dan Hacking and Network Security yang masing-masing diikuti oleh sekitar 100 dan 250 pemuda. "Pesertanya total 450 orang. Kami terpaksa menolak hampir 800 orang dari sekitar 1.200 orang yang mendaftar. Ini indikasi bahwa minat TIK anak muda Indonesia sangat tinggi," ujar Asisten Deputi Iptek Industri Strategis Kemristek Kemal Prihatman.
Kemal Prihatman mengatakan, topik yang diangkat dalam workshop berdasarkan permintaan dari masyarakat karena sebelumnya pihaknya menawarkan sembilan topik antara lain multimedia, aplikasi "mobile", android, animasi, hingga e-learning, namun yang paling tinggi peminatnya adalah open BTS, VoIP dan hacking.
Pada 2012, Kemristek memprogramkan akan membuat enam workshop sejenis, namun Kemristek membuka diri bagi pemerintah daerah yang berminat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TIK dengan mengirimkan proposal dan merancang workshop sejenis di daerahnya masing-masing.
Dengan pengetahuan masyarakat yang baik tentang dunia TIK maka diharapkan Indonesia bisa ikut memimpin perekonomian dunia di masa depan, ujarnya. "Masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat seperti AS (berpenghasilan tinggi -red), karena itu apa yang dibuat orang Indonesia sudah sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang 'bokek'. Di sisi lain negara dengan kondisi seperti Indonesia mayoritas di dunia. Mereka ini bisa saja menjadi pasar dari produk kita," tambah Onno.