REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merintis pengembangan bioetanol generasi kedua skala "pilot plan" melalui kerjasama dengan Korea International Cooperation Agency (Koica).
"Pilot Plan ini merupakan yang pertama di Indonesia, dan pada 2012 ditargetkan mampu memproduksi bioetanol-lignoselulosa dengan kapasitas 10 liter per hari," kata Peneliti Utama Bioetanol Biomassa Lignoselulosa Pusat Penelitian Kimia LIPI Dr. Yanni Sudiyani pada Workshop "Integrated Sustainable Development Technology of Bioenergy" di Jakarta, Kamis.
Dikatakan Yanni, kerja sama ini merupakan tantangan dan kesempatan bagi LIPI untuk mengembangkan riset untuk menghasilkan inovasi teknologi produksi etanol generasi kedua dan turunannya (by product) dengan pendekatan multidimensi mulai dari hulu penanganan sumber bahan baku, hingga hilir.
"Teknologi pengembangan bioetanol yang menjadi campuran bahan bakar premium generasi kedua untuk saat ini masih banyak kendala dan masih terbilang mahal," katanya.
Berbeda dengan bioetanol generasi pertama yang dihasilkan dari pati misalnya dari tanaman singkong, tebu atau jagung yang teknologi prosesnya mudah, bioetanol generasi kedua berasal dari lignoselulosa yang teknologi prosesnya sangat sulit karena perlu perlakuan awal atau pretreatment, ujarnya.
Dia menjelaskan, biofuel adalah energi berwujud cair yang berasal dari biomassa, bukan saja bisa diciptakan dari tanaman, tetapi juga limbah dari tanaman.
"Indonesia memiliki sumber biomassa yang begitu melimpah di mana salah satu yang prospektif adalah lignoselulosa dari limbah pertanian atau limbah industri," katanya.
Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya kandungan oksigen yang tinggi (35 persen) sehingga jika dibakar sangat bersih, serta ramah lingkungan karena emisi gas karbon monoksida lebih rendah 19-25 persen dibanding BBM sehingga tidak memberikan kontribusi pada akumulasi karbon dioksida di atmosfer.
Bahan bakar nabati (BBN) pada prinsipnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga diesel (berupa biodiesel) dan transportasi, berupa biodiesel dan bioetanol, serta biogas untuk kebutuhan rumah tangga pengganti minyak tanah.
Pengembangan bioenergi atau BBN ini sebagai bentuk dukungan bagi pemerintah Indonesia yang telah berkomitmen pada G-20 di Pittsburgh, Amerika Serikat (AS) dan COP 15 untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen (767 juta ton) dengan upaya sendiri melalui pengembangan energi baru terbarukan dan pelaksanaan konservasi energi dari seluruh sektor.