REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Kebijakan hard cluster XL dalam pendistribusian pulsa mengundang reaksi keras Asosiasi Server Pulsa Indonesia (Aspindo). Mereka mendesak XL menghapus kebijakan hard cluster dan mengancam akan melakukan aksi boikot.
Lebih dari sekadar menghentikan penjualan pulsa, Aspindo juga akan menggiring pelanggan mereka ke operator lain. Aspindo mengklaim memiliki sekitar 3 juta pelanggan.
“Kebijakan hard cluster ini sangat merugikan kami,” ujar Ketua Umum Aspindo, Dwi Lesmana dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (22/6). Kebijakan itu disebutnya telah menimbulkan kerugian pedagang multichip atau server pulsa. Mereka juga mengalami kesulitan mendapatkan stok.
Hard cluster XL berlaku sejak April 2011. Dimana cluster area penjualan XL sangat ketat, kartu yang diisi harus berada satu area dengan kartu dompul (dompet pulsa).
Satu cluster terdiri dari 2-4 kecamatan. Jika pada awalnya pedagang pulsa bebas menjual dan mengisi pulsa ke mana saja, maka dengan adanya sistem hard cluster, wilayah cakupan penjualan jadi semakin sempit. Stok juga semakin dibatasi.
Kebijakan tersebut menurut Dwi berakibat pada menurunnya pendapatan para pengusaha server, ”Ini memangkas usaha kami. Anggota yang tergabung dalam Aspindo sebanyak 1000 pengusaha. Adapun yang mengoptimalkan usaha server sekitar 10 ribu pengusaha,” ugkap Dwi Lesmana.
Penjualan pulsa elektronik di Indonesia mendominasi penjualan pulsa. Diperkirakan 60-70 persen peredaran pulsa menggunakan pulsa elektronik, ketimbang vocer fisik. Sayangnya, bisnis ini belum memiliki payung hukum, memicu multipersepsi dari pihak industri.
“Pihak XL membuat aturan yang tidak memihak pada karakteristik bisnis pulsa elektronik,” kata Sekjen Aspindo, Andry Desuardi. Aspindo mendesak pelaksanaan hard cluster sampai semua pihak siap.
XL diminta untuk memperluas area penilaian recharge inner cluster menjadi propinsi, memperbesar toleransi inner cluster menjadi 50 persen. Pihak Aspindo juga menuntut penghapusan pembatasan alokasi server, dan meminta kepada pihak XL untuk menjamin pemberian stok non H2H (home to home) kepada server non dealer.