REPUBLIKA.CO.ID,LONDON - Permusuhan Inggris dan Jerman tidak hanya terjadi dalam dua Perang Dunia. Inggris dan Jerman pun terlibat 'peperangan' di partai final Piala Dunia 1966. Tapi, faktanya adalah orang Inggris dan orang Jerman ternyata saudara satu keturunan.
Semua permusuhan tersebut seakan menjadi pepesan kosong karena orang Inggris sesungguhnya adalah orang Jerman yang tinggal di sebuah pulau (Britania Raya). Setelah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk melakukan penggalian di Inggris, para arkeolog akhirnya pada satu kesimpulan bahwa sekitar 50 persen warga Inggris adalah keturunan Jerman.
Orang Inggris ternyata keturunan dari suku Germanic, Hengist dan Horsa yang mendarat di pantai Kent pada 449. Ketika teman-teman dan keluarga mereka mulai berdatangan dalam beberapa kali gelombang, komunitas mulai terbentuk dengan warna gen Jerman sangat kental.
Hasil Penelitian
Arkeologi minimalis percaya dengan sesuatu yang disebut 'transfer elite'. Sebuah kasta kecil dari prajurit elite Germanic telah menempatkan diri di kasta teratas dalam sebuah kudeta. Mereka menggusur Celtic sebagai penguasa lama.
Sekarang hasil penelitian menunjuk Si Musuh Jerman (Inggris) itu ternyata adalah orang Jerman itu sendiri. ''Tidak ada gunanya menyangkal fakta tersebut,'' tulis majalah berita Jerman Der Spiegel edisi minggu ini. ''Sudah jelas sekarang bahwa bangsa yang paling tidak menyukai Jerman itu adalah Krauts (tentara Jerman) itu sendiri. Sejumlah penelitian memperkuat hubungan erat Jerman-Inggris.''
Ahli biologi di Universitas College, London, mempelajari segmen kromosom Y yang muncul di hampir semua pria Jerman utara dan Denmark. Segmen tersebut secara mengejutkan juga banyak ditemukan di Inggris Raya. ''Ini menunjukkan bahwa benar-benar terjadi banjir orang (Jerman) yang menyeberangi Laut Utara,'' katanya.
Hasil serupa juga didapat dari penelitian yang dilakukan di kuburan Anglo-Saxon. Ketika ahli kimia menganalisa gigi dan tulang tengkorak, mereka menemukan sebanyak 20 persen adalah berasal dari daratan Eropa.
Imigrasi Besar
Heinrich Haerke, arkeolog dari Jerman, percaya sebanyak 200 ribu emigran menyeberangi Laut Utara, menjarah dan memperkosa setelah tentara Romawi pergi meninggalkan wilayah tersebut.
Senjata kampak di kuburan mereka menjadi bukti bahwa peperangan tersebut benar terjadi. Begitu pula dengan tembikar dan perhiasan yang ditemukan di kuburan yang sama di sepanjang Sungai Elbe.
Para petani Germanic Spong Hill di Norfolk tetap melakukan kontak dengan keluarga mereka di luar negeri selama dua sampai tiga generasi.
Der Spiegel melanjutkan: "Bangsa Celtic tidak cocok dengan budaya keras. Bangsa Romawi telah mengajar mereka cara bermain kecapi dan minum anggur dalam jumlah berlebihan. Penduduk di daerah yang dikendalikan oleh Pax Romana dilarang membawa senjata.''
"Akibatnya, masyarakat lokal tidak terbiasa dengan pedang. Mereka kehilangan sebuah pertempuran dan dipaksa mundur ke tepi pulau."
Akademisi percaya bahwa legenda Raja Arthur yang lahir di masa-masa liar itu sebagai bentuk propaganda tentang Inggris yang sebenarnya tidak pernah ada sama sekali. Mark Thomas, ahli genetika, mengatakan kepada Der Spiegel bahwa sang penakluk Germanic mempertahankan 'struktur sosial yang mirip dengan apartheid'. Mereka menahan angka kelahiran penduduk setempat.
''Orang-orang dari pedesaan Inggris lebih erat terkait dengan Jerman utara daripada saudara senegara mereka dari Wales atau Skotlandia, " kata profesor Haerke. Menurut dia, setiap orang Inggris membawa gen Friesian (Belanda).