REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Awal musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia cenderung mundur dari bulan yang diprediksikan. Hal tersebut ditandai dengan kondisi suhu muka laut di Indonesia yang hingga kini masih cukup hangat.
Normalnya awal kemarau di Pulau Jawa terjadi pada Bulan April. Namun pada 2011 diperkirakan puncak kemarau terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus.
"Juni hingga Agustus merupakan puncak musim kemarau. Namun demikian sifat hujan musim kemarau 2011 diprediksi cenderung tidak terlalu kering," ucap Kepala Badan Metereologi dan Geofisika, Rabu (15/6). Prediksi Indeks Dipole Mode tiga bulan ke depan berada dalam kondisi normal positif, selanjutnya menuju positif kuat yang berpotensi mengurangi curah hujan di Indonesia bagaian barat.
Pada bulan Maret, April dan Mei sebenarnya sudah memasuki bulan kemarau, namun masih dalam tahap peralihan atau yang biasa kita kenal dengan musim pancaroba. Menurutnya, kondisi puncak musim kemarau cenderung normal kecuali di sebagian Sumatera bagian barat.
Sekitar 71 persen wilayah di Indonesia diperkirakan mundur masa kemaraunya. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan tahun lalu yakni sebanyak 90 persen.
Ia menjelaskan, di Indonesia ada tiga faktor pengendali iklim dan curah hujan. Ketiga hal tersebut yakni dari Samudera Pasifik yang disebut La Nina (membawa air dari Samudera Pasifik), El Nino (membawa massa air ke Samudera Pasifik), suhu perairan di Indonesia dan dipole mode (perbedaan tekanan).
Selama triwulan pertama tahun 2011 ini, anomali iklim berupa La Nina moderat cenderung berlangsung. Hal tersebut ditandai dengan curah hujan yang masih banyak. Tapi pada Mei-Juni, La Nina cenderung melemah dengan curah hujan sedikit. Ini dikarenakan dorongan uap air dari Samudera Pasifik yang berpotensi membawa curah hujan.
Ia mengatakan masyarakat harus memiliki kesiapan untuk menghadapi kemarau ini. "Kesiapan ini harus dilakukan oleh daerah-daerah yang rawan mengalami kebakaran hutan, selain itu juga harus menyiapkan persediaan bahan pangan," jelasnya.