REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP - Stasiun Meteorologi Cilacap memprakirakan gerhana bulan total yang berlangsung pada Kamis (16/6) dinihari akan memengaruhi pasang-surut di laut. "Kita perkirakan akan terjadi pasang-surut maksimum saat terjadinya gerhana bulan total tersebut karena posisi matahari, bulan, dan bumi berada pada garis lurus atau garis ekliptika," kata analis cuaca Stasiun Meteorologi Cilacap, Teguh Wardoyo, di Cilacap, Rabu. Ia menyatakan pihaknya akan mengamati seberapa besar pasang-surut yang akan terjadi di perairan selatan Jawa Tengah, khususnya Cilacap.
Menurut dia, gerhana bulan total yang akan terjadi pada Kamis dinihari tersebut merupakan yang terlama pada abad ini karena akan berlangsung selama 100 menit dan dapat dilihat di seluruh wilayah Indonesia sepanjang cuaca tidak mendung.
Ia mengatakan, gerhana akan berlangsung mulai pukul 00.23 WIB dan berakhir pada pukul 06.02 WIB. "Sedangkan gerhana total akan berlangsung mulai pukul 02.22 WIB dengan puncaknya pada pukul 03.12 WIB. Gerhana total akan berakhir pukul 04.03 WIB," katanya.
Selain di Indonesia, kata dia, gerhana tersebut dapat dilihat di Amerika Selatan, Afrika, Eropa, Timur Tengah, Asia, Australia, Antartika, Samudera Atlantik, Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik bagian barat daya.
Disinggung mengenai kondisi perairan selatan Jateng pada hari Kamis, dia mengatakan, tinggi gelombang maksimum diprakirakan masih berkisar 3-3,5 meter.
Menurut dia, kondisi tersebut diprakirakan masih akan berlangsung hingga tiga hari ke depan. "Masih tingginya gelombang di perairan selatan Jateng ini dipengaruhi kecepatan angin yang bertiup di atas wilayah perairan yang cenderung searah," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, tinggi gelombang di wilayah pantai diprakirakan berkisar 0,7-3 meter dengan kecepatan angin 20-45 kilometer per jam yang bertiup dari arah timur hingga tenggara.
Sementara di wilayah Samudera Hindia selatan Jateng, lanjutnya, tinggi gelombang diprakirakan berkisar antara 1,2-3,5 meter dengan kecepatan angin 25-50 kilometer per jam yang bertiup dari arah timur hingga tenggara. "Kondisi ini masih berbahaya bagi nelayan tradisional berperahu kecil maupun tongkang," katanya.